Kamis, 13 November 2014

Makalah BK tentang Etika Pergaulan


BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pergaulan yang berarti hidup bermasyarakat perlu latihan sejak dini, bahkan sejak seseorang mengenal orang lain di luar dirinya sendiri. Sejak usia anak-anak hingga menjadi orang dewasa, bahkan orang tua sekalipun dalam kehidupannya tidak lepas dari apa yang disebut dengan pergaulan. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam pergaulan, yaitu kemungkinan diterima secara baik atau ditolak oleh kelompok, lingkungan, bahkan di dalam masyarakat luas pada umumnya. Jika seseorang di dalam bergaul dapat diterima dengan baik di dalam komunitasnya, maka seseorang itu akan lebih percaya diri, timbul semangat untuk lebih berkarya dan berprestasi. Harga diri akan meningkat dengan sendirinya. Penghargaan demi penghargaan akan diperoleh dan kepercayaan akan terus meningkat yang datang dari komunitasnya. Meskipun demikian diperlukan pengendalian diri dengan: selalu mendekatkan diri kepasa Tuhan Yang Maha Esa seraya memohon petunjukNya agar selalu diberikan bimbingan ke arah yang lebih baik.
Lingkungan masyarakat merupakan barometer/tolak ukur seseorang, apakah sikap, tutur kata dan perilaku seseorang dapat diterima oleh masyarakat luas atau tidak sesuai dengan norma dan tata nilai di dalam masyarakat itu sendiri.
Keterampilan bergaul dapat dilihat sejak kanak-kanak hingga dewasa. Ketika masih kanak-kanak seseorang suka berkenalan dengan cara yang paling sederhana, yaitu tersenyum dan menyapa kawan-kawan yang baru dijumpainya.  Ini merupakan awal terbentuknya rasa percaya diri dengan dunia pergaulan dilingkungannya yaitu dunia anak. Sampai saatnya seseorang memasuki dunia remaja dan dewasa, untuk belajar sesuai dengan usianya, karena pergaulan akan membawa kesuksesan di masa yang akan datang.
2.  TUJUAN
A.   Untuk menjelaskan pengertian etika pergaulan.
B.   Untuk mengetahui cara-cara bersikap dalam pergaulan.
C.   Untuk mengetahui prinsip – prinsip pergaulan.
D.  Untuk melaksanakan etika pergaulan.
E.   Untuk mengetahui upaya mewujudkan pola pergaulan yang sehat.
3. MANFAAT
a)      Menambah ilmu dan wawasan mengenai etika pergaulan
b)      Menambah ilmu dan pengetahuan tentang pergaulan yg sehat
c)      Menambah pengetahuan tentang prinsip – prinsip pergaulan

  
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA DAN ETIKET

PENGERTIAN ETIKA
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan
  1. etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
  2. dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu        pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”.
  3. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
  4. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. (K.Bertens, 2000).
·         ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral    (akhlak);
·         kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
  1. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. (K.Bertens, 2000).
6.      Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal
7.      erminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang memperlajari masalah atau tindakan amnesia.
8.      Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.
9.      Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
PENGERTIAN ETIKET
istilah etiket berasal dari Etiquette(Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi, pesta dan resepsi un tuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu :
  1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.
  2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
Bertens dalam bukunya yang berjudul “Etika” (2000)
  1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket.
  2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian.
  3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu makan.
  4. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampi sebagai “manusia berbulu ayam”, dari luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.
B. PERBEDAAN ETIKET DAN ETIKA
  1. Etika
  2. menyangkut cara perbuatan yazng harus dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok tertentu;
  3. memberikan norma tentang perbuatan itu sendiri;
  4. menyangkut apakah suatu perbuatan bias dilakukan antara ya dan tidak;
  5. tidak memperhatikan orang lain atau tidak;
  6. jauh bersifat mutlak;
  7. prinsip sangat universal dan tidak bisa ada proses tawar-menawar;
  8. lebih menyangkut aspek internal manusia;
  9. dalam hal perilaku etik, manusia tidak bisa  bersifat kontradiktif;
  1. Etiket
  2. memberikan dan menunjukkan cara yang tepat dalam bertindak;
  3. hanya berlaku dalam pergaulan social;
  4. selalu berlaku ketika ada orang lain;
  5. bersifat relative / terjadi keragaman dalam penafsiran;
  6. hanya menyangkut segi lahiriah saja;
  7. dalam hal etiket orang dapat munafik;
   Jadi dapat disimpulkan bahwa perbedaan etiket dan etika yaitu:
1.            Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket.Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.
2.            Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian. Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.
3.            Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu makan. Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.
4.            Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampil sebagai “serigala berbulu domba”, dari luar sangat sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan. Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-sungguh baik.

C. MEMAHAMI ETIKA DAN PRINSIP ETIKA
          Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai praksis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, tetapi mempersoalkan bagimana manusia harus bertindak
Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai, dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempinyai cirri khas, yaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sisitematik, dan normatife
.
D. PRINSIP –PRINSIP ETIKA PERGAULAN
  1. Hak dan kewajiban
Hak kita memang layak untuk kita tuntut, tetapi juga jangan sampai meningglkan kewajiban kita sebagai makhluk social.
  1. Tertib dan Disiplin
Selalu tertib dan disiplin dalam melakukan setiap aktifitas. Disiplin waktu supaya tidak keteteran dalam membagi waktu yg kita punyai.
  1. Kesopanan
Senantiasa menjaga sopan santun, baik dengan teman sebaya atau orang tua dan juga guru dimanapun dan kapan pun
  1. Kesederhanaan
Bersikaplah sederhana dan menurut ajaran agama yg kita anut dianut masing-masing.
  1. Kejujuran
Jujur akan membawa kita kedalam kebenaran. Bersikaplah jujur walaupun itu pahit
  1. Keadilan
Senantiasa bersikap adil dalam pergaulan. Tidak membeda-bedakan teman.
  1. Cinta Kasih
Saling mencintai dan menyayangi teman agar ita terhindar dari permusuhan.
  1. Suasana dan Tempat Pergaulan Kita
Ini sangat penting juga bagi kita dan harus menjadi bahan pertimbangan serta perhatian kita semua.

E. MELAKSNAKAN PRINSIP – PRINSIP ETIKA PERGAULAN
Etika juga dapat dipergunakan sebagai tolok ukur kepribadian seseorang. Etika dapat dibentuk melalui berbagai cara, antara lain dengan pergaulan, pendidikan, lingkungan dan kebiasaan.
Yang harus diperhatikan dalam etika pergaulan baik dengan orang sebaya, dibawah maupun yang diatas kita baik disisi sosial maupun usia adalah prinsip saling menghormati. Dengan etika yang baik dapat dipastikan bahwa seseorang akan dapat diterima dengan baik dalam pergaulan sehari-hari.
Hal mendasar dalam etika pergaulan adalah :
1. Bersikap sopan santun dan ramah
2. Perhatian terhadap orang lain
3. Mampu menjaga perasaan orang lain
4. Toleransi dan rasa ingin membantu
5. Mampu mengendalikan emosi diri
Dalam etika pergaulan penampilan seseorang dapat memberikan kesan yang baik atau sebaliknya. Penampilan yang menarik dan memikat merupakan modal untuk dapat meraih sukses dalam pergaulan. Penampilan yang menarik dan memikat dapat diperoleh dangan cara:
1. Memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri
2. Memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan
3. Menjauhkan diri dari rasa minder dan rendah diri
4. Bersikap wajar, tidak “over atau under confidence


BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dalam pergaulan sehari-hari etika atau tata karma sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam bergaul dikehidupan masyarakat.

1.2. Saran
            Maka dari itu, kita sebagai orang yang berpendidikan sebaiknya menjaga ucapan dan perbuatan sebelum melakukannya.
            Dalam pergaulan kita seharusnyatidak membeda-bedakan sesama  manusia karena semua manusia sama dan kita juga harus menjunjung tinggi asas kesopanan dan kesusilaan sesuai dengan adat ketimuran dan diisi dengan kegiatan yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani yang sehat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar