BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan
modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu
prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat.
Olahraga mempunyai peranan yang penting
dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat
jasmani, rohani serta mempunyai
kepribadian, disiplin, sportifitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan
terbentuk manusia yang berkualitas. Suatu
kenyataan yang bisa diamati dalam dunia olahraga, menunjukkan kecenderungan
adanya peningkatan prestasi olahraga yang pesat dari waktu kewaktu baik
ditingkat daerah, nasional maupun internasional. Hal ini dapat dilihat dari
pemecahan-pemecahan rekor yang terus dilakukan pada cabang olahraga tertentu,
penampilan tehnik yang efektif dan efisien dengan ditunjang oleh kondisi fisik
yang baik.
Dengan adanya
kecendrungan prestasi yang
meningkat, maka untuk berpartisipasi dan bersaing antar atlet
dalam kegiatan olahraga prestasi harus dikembangkan kualitas fisik, tehnik, psikologi
dan sosial yang dituntut oleh cabang olahraga tertentu. Oleh karena itu melalui pengembangan dan pembinaan di
masyarakat, olahraga wajib diajarkan di
sekolah-sekolah dari sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat pertama sampai
dengan sekolah tingkat menengah.
Dalam lompat
jauh terdapat beberapa macam gaya atau sikap badan pada saat melayang di udara.
Soegito dkk (1994 : 143) menyebutkan ada
tiga cara sikap melayang yaitu: 1) gaya jongkok (waktu melayang bersikap
jongkok), 2) gaya lenting (waktu di udara badan dilentingkan), dan 3) gaya
jalan di udara (waktu melayang kaki bergerak seolah-olah berjalan di udara).
Gaya lompat jauh yang paling sederhana untuk diajarkan pada pemula seperti
siswa di SD adalah lompat jauh gaya jongkok. Tehnik lompat jauh gaya jongkok
termasuk yang paling sederhana di banding dengan gaya yang lain.
Untuk mencapai
prestasi yang baik di dalam
lompat jauh perlu didukung
dengan latihan yang baik melalui
pendekatan-pendekatan ilmiah dengan melibatkan berbagai ilmu pengetahuan.
Kaitannya dengan latihan untuk mencapai prestasi ada beberapa unsur yang perlu
diperhatikan dan ditingkatkan. Unsur tersebut menurut M. Sajoto (1988 :
15) diantaranya adalah: 1) unsur fisik
yang lebih popular dengan kondisi fisik, 2) unsur tehnik, 3) unsur mental, 4)
unsur kematangan juara. Dari keempat unsur tersebut, ialah satu unsur yang
merupakan faktor utama yaitu kondisi fisik, seperti pendapat dari Depdiknas
(2000 : 101) bahwa salah satu unsur atau faktor penting untuk meraih suatu
prestasi dalam olahraga adalah kondisi fisik, disamping penguasaan tehnik,
taktik dan kemampuan mental.
B.
TUJUAN
Tujuan dibuatnya
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Atletik yang dibimbing oleh Bapak
Ahmad Atiq, M.Pd.
C.
MANFAAT
Makalah ini
diharapkan dapat berguna :
1. Sebagai
masukan bagi guru-guru Penjaskes dan pembina maupun pelatih olahraga dalam
upaya memberikan latihan fisik khususnya untuk meningkatkan kemampuan power
dalam lompat jauh
2. Sebagai
langkah awal bagi pengembangan dan peningkatan proses belajar untuk
meningkatkan kemampuan lompat jauh.
3. Sebagai
bahan referensi pada makalah lebih lanjut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Atletik
Dalam dunia
olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara lain
adalah
atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut,
atletik mempunyai peranan penting,
karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi cabang olahraga lainnya.
Atletik menurut Aip Syarifuddin (1992 :2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon
yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan, sedangkan orang yang
melakukannya dinamakan Athleta (Atlet).
Dengan demikian dapatlah dikemukakan, bahwa atetik adalah salah satu cabang yang dipertandingkan atau
diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari, lompat dan
lempar.
Atletik
merupakan dasar untuk
melakukan bentuk-bentuk gerakan
yang terdapat didalam cabang olahraga yang lainnya. Dengan mengikuti
kegiatan latihan atletik, akan dapat diperoleh
berbagai pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan,
karena didalam melakukan kegiatan atletik akan dilatih kekuatan, kecepatan,
kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan, koordinasi gerak, keuletan,
kedisiplinan dan percaya diri serta bertanggung jawab (Aip Syarifuddin dan
Muhadi, 1992/1993 : 60).
Dalam
cabang olahraga atletik ada empat nomor
lompat yaitu nomor lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat
tinggi galah. Lompat jauh merupakan salah satu nomor atletik yang wajib
diajarkan di SD, SMP dan SMA.
B.
Lompat
Jauh
Lompat jauh
merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga
atletik. Lompat jauh menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) didefinisikan sebagai
suatu bentuk gerakan melompat, mengangkat kaki keatas kedepan dalam upaya
membawa titik berat badan selama mungkin diudara (melayang diudara) yang
dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk
mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.
Lompat jauh
merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu kaki untuk mencapai
jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai
jarak lompatan sejauh mungkin kesebuah letak pendaratan atau bak lompat. Jarak
lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari letak pendaratan
yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Menurut Engkos Kosasih (1985:67) bahwa yang
menjadi tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya
yang mempunyai empat unsur gerakan yaitu : awalan; tolakan; sikap badan di
udara; sikap badan pada waktu jatuh atau mendarat. Dalam hal yang sama Yusuf
Adisasmita (1992:65) berpendapat bahwa keempat unsur ini merupakan suatu
kesatuan, yaitu urutan gerakan lompat yang tidak terputus.
Dalam lompat
jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan oleh para pelompat,
yaitu : gaya jongkok, gaya menggantung atau disebut juga gaya lenting dan gaya
jalan di udara. Perbedaan antara gaya lompatan yang satu dengan yang lainnya,
ditandai oleh keadaan sikap badan si pelompat pada waktu melayang di udara (Aip
Syarifuddin, 1992 : 93). Jadi mengenai awalan tumpuan / tolakan dan cara melakukan pendaratan dari
ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama. Salah satu gaya yang digunakan dalam
penelitian ini adalah gaya jongkok. Disebut gaya jongkok karena gerak dan sikap sewaktu badan berada diudara seperti
orang jongkok ( Tamsir Riyadi, 1985: 98).
Untuk
memperoleh hasil yang
optimal dalam lompat jauh selain pelompat harus memiliki kondisi fisik
yang baik, juga harus memahami dan mengusai tehnik untuk melakukan gerakan
lompat jauh tersebut. Bernhard (1993 :
45) menyatakan bahwa unsur-unsur dalam mencapai prestasi lompat jauh yang
maksimal adalah: 1) faktor kondisi fisik terutama kecepatan tenaga lompatan dan
tujuan yang diarahkan pada ketrampilan, 2) faktor tehnik ancang-ancang,
persiapan dan perpindahan fase melayang dan pendaratan.
Dari pendapat di
atas dapat dikatakan bahwa dalam lompat jauh terkandung unsur-unsur kondisi
fisik yang meliputi : kecepatan, tenaga ledak otot tungkai yang mengarah pada
ketrampilan.
C.
Teknik
Lompat Jauh
Lompat jauh
mempunyai empat fase
gerakan, yaitu awalan,
tolakan, melayang dan mendarat serta terdapat tiga macam gaya yang
membedakan antara gaya yang satu dengan gaya yang lainnya pada saat melayang
diudara. Uraian mengenai keempat fase gerakan dalam lompat jauh adalah sebagai
berikut:
a. Awalan
Awalan adalah
langkah utama yang diperlukan
oleh pelompat untuk memperoleh kecepatan pada waktu akan melompat. Seperti
dikatakan Aip Syarifuddin (1992 : 90) awalan merupakan gerakan permulaan dalam
bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan
(lompatan). Jarak awalan yang biasa dan umum digunakan oleh para pelompat
(atlet) dalam perlombaan lompat jauh adalah : 1) untuk putra antara 40 m sampai
50 m; 2) untuk putri antara 30 m sampai dengan 45 m. Akan tetapi di dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama di SD hendaknya disesuaikan
dengan kemampuan anak-anak SD. Misalnya antara 15 m sampai 20 m atau antara 15
m sampai 25 m. Menurut Engkos kosasih (1985 : 67) awalan harus dilakukan dengan
secepat-cepatnya serta jangan merubah langkah pada saat melompat. Menurut Aip
Syarifuddin (1992 : 91) agar dapat menghasilkan daya tolakan
yang besar, maka langkah dan awalan harus dilakukan dengan mantap dan
menghentak-hentak (dinamis step). Untuk itu dalam melakukan lari awalan, bukan hanya
kecepatan lari saja yang dibutuhkan, akan tetapi ketepatan langkah juga sangat
dibutuhkan sebelum melakukan tolakan.
b. Tumpuan
atau Tolakan
Tumpuan atau
tolakan adalah gerakan menolak sekuat-kuatnya dengan kaki
yang terkuat, yaitu meneruskan kecepatan horizontal ke kekuatan vertical yang dilakukan
secara cepat. Menurut Engkos Kosasih
(1985 : 67) tolakan yaitu menolak sekuat-kuatnya pada papan tolakan dengan kaki
terkuat ke atas (tinggi dan ke depan). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
melakukan tolakan berarti jarak merubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan
vertical.
Mengenai
tolakan, Soedarminto dan Soeparman (1993 : 360) mengemukakan sebagai berikut :
untuk membantu tolakan ke atas, lengan harus diayun ke atas dan kaki yang
melangkah diayunkan setinggi mungkin
(prinsipnya adalah bahwa momentum dari bagian dipindahkan kepada keseluruhan).
Ayunan kaki ke atas mengunci sendi panggul karena kerjanya Ligamenta
iliofemoral. Oleh karena itu lutut kaki tumpu harus sedikit ditekuk, seperti
pada gambar 1.
Pada waktu
menumpu seharusnya badan sudah condong kedepan, titik berat badan harus
terletak agak dimuka titik sumber tenaga, yaitu kaki tumpu pada saat pelompat
menumpu, letak titik berat badan ditentukan oleh panjang langkah terakhirsebelum
melompat (Yusuf Adisasmita, 1992 : 67-68).
Dikatakan pula
oleh Soegito dkk (1994 : 146)
cara bertumpu pada balok tumpuan harus dengan kuat, tumit bertumpu lebih dahulu
diteruskan dengan seluruh telapak kaki, pandangan mata tetap lurus kedepan agak
ke atas.
c. Melayang
di Udara
Sikap melayang adalah sikap setelah
gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah
terangkat tinggi keatas. Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 92/93) sikap dan
gerakan badan di udara sangat erat
hubungannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada
waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si pelompat akan dipengaruhi oleh
suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi (gaya penarik bumi).
Untuk itu,
kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu menolak harus dilakukan oleh
pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa
pada nomor lompat jauh kecepatan dan kekuatan sangat besar pengaruhnya terhadap
hasil tolakan. Tetapi, dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan cara-cara
melompat serta mendarat, maka akan memperbaiki hasil lompatan. Perubahan dan
perbaikan bentuk tersebut dinamakan “gaya lompatan” yang sifatnya individual.
Pada nomor lompat (khususnya lompat jauh) perubahan bentuk akan gaya-gaya lompatan itu tidak akan mempengaruhi parabola
dari titik berat badan, tetapi berguna untuk menjaga keseimbangan serta
pandaratan yang lebih baik.
Menurut Engkos
Kosasih (1985 : 67) sikap badan di udara adalah badan harus diusahakan melayang
selama mungkin di udara serta dalam keadaan seimbang. Dalam hal yang sama Yusuf
Adisasmita (1992 : 68) berpendapat bahwa pada waktu naik, badan harus dapat
ditahan dalam keadaan sikap tubuh untuk menjaga keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih sempurna. Kalaupun
mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak selama melayang itu tidak
menimbulkan perlambatan. Pada lompat jauh, waktu melayang di udara berprinsip
pada 3 hal sebagai berikut : 1) bergerak ke depan semakin cepat semakin baik:
2) menolak secara tepat dan kuat; 3) adapun gerakan yang dilakukan selama
melayang di udara tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan hanya
berperan untuk menjaga keseimbangan saja.
Cara
melakukan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip Syarifuddin
(1992 : 93) pada waktu lepas dari tanah (papan
tolakan) keadaan sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan
badan dengan kedua lutut ditekuk, kedua
tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan
kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu, kedua
tangan ke depan. Untuk lebih jelasnya, sikap badan di udara.
Pada prinsipnya
sikap badan diudara bertujuan untuk berada selama mungkin diudara menjaga
keseimbangan tubuh dan untuk mempersiapkan pendaratan. Sehubungan dengan itu
diusahakan jangan sampai menimbulkan perlambatan dari kecepatan yang telah
dicapai. Dengan demikian tubuh akan melayang lebih lama.
d. Mendarat
Mendarat adalah sikap jatuh dengan posisi kedua kaki
menyentuh tanah secara bersama-sama dengan lutut dibengkokkan dan mengeper sehingga memungkinkan
jatuhnya badan kearah depan. Seperti dikatakan Yusuf Adisasmita (1992 : 68)
pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa kemuka dengan jalan
membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat, dibantu pula dengan juluran
tangan kemuka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan
suatu momentum membawa badan ke depan di atas kaki. Mendarat merupakan suatu
gerakan terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Sikap mendarat pada lompat
jauh baik untuk lompat jauh gaya jongkok, gaya menggantung maupun gaya jalan di
udara adalah sama, yaitu : pada waktu akan mendarat kedua kaki dibawa ke
depan lurus dengan cara mengangkat paha
ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan, kemudian mendarat dengan
kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut ditekuk, berat
badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh dibelakang, kepala ditundukkan, kedua
tangan ke depan (Aip Syarifuddin, 1992 : 95).
Gerakan mendarat
dapat disimpulkan sebagai berikut
: sebelum kaki menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki dalam keadaan
lurus ke depan, maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke depan. Gerakan
tersebut dimaksudkan supaya secepat mungkin terjadi perpindahan posisi titik
berat badan yang semula berada di belakang kedua kaki berpindah ke depan,
sehingga terjadi gerakan yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan demikian
tubuh akan terdorong ke depan setelah menginjak
pasir. Untuk lebih jelasnya, gambar dibawah ini menunjukkan serangkaian
gerakan lompat jauh gaya jongkok dari take-off sampai sikap mendarat.
D.
Latihan
Lompat dan Prinsip-Prinsip Latihan
a. Pengertian
Latihan Lompat
Latihan
adalah proses yang
sistematis daripada berlatih atau bekerja secara berulang-ulang dengan
kian hari kian menambah jumlah beban
latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1982 : 27). Lompat adalah istilah yang
digunakan dalam cabang olahraga atletik, yaitu melakukan tolakan dengan satu
kaki, Aip Syarifuddin (1992 : 90). Pengertian latihan lompat dari pendapat tersebut dapat disimpulkan yaitu
melakukan gerakan melompat dengan tumpuan satu kaki yang dilakukan secara
berulang-ulang dan setiap hari jumlah
beban latihan ditambah. Latihan lompat yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah latihan lompat dengan melompati rintangan dan lompat meraih sasaran di
atas.
Latihan lompat
adalah metode yang
terbaik untuk meningkatkan
power maksimal pada otot tertentu. Cara yang paling baik untuk
mengembangkan power maksimal pada kelompok otot tertentu, ialah dengan
merenggangkan (memanjangkan) dahulu otot-otot tersebut secara eksplosif atau meledak-ledak. Untuk melatih
power otot tungkai dimulai dengan gerakan tungkai kearah yang berlawanan
(jongkok) yang disebut sebagai fase pre-regang (pre-stretching phase), kemudian
melompat dengan kuat keatas. Setelah mendarat, tanpa adanya masa berhenti,
kemudian secepatnya melompat lagi sekuat tenaga keatas, sehingga seakan-akan
mendarat pada bara api (KONI, 2000: 27)
b. Prinsip-Prinsip
Latihan
1) Prinsip
Latihan Beban Bertambah ( Overload )
Untuk meningkatkan
prestasi atlit prinsip
overload harus digunakan. Apabila atlet sudah merasa ringan pada beban
yang diberikan maka beban harus ditambah. Menurut M. Sajoto (1988 : 42) dengan berprinsip pada overload,
maka kelompok-kelompok otot akan bergabung kekuatannya secara efektif dan akan
merangsang penyesuaian fisiologis dalam
tubuh yang mendorong meningkatkan kekuatan otot. Prinsip overload ini akan
menjamin agar system di dalam tubuh yang menjalankan latihan, mendapat tekanan
beban yang besarnya makin meningkat, serta diberikan secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu. Apabila tidak
diberikan secara bertahap, maka komponen kekuatan tidak akan dapat
mencapai tahap potensi sesuai fungsi kekuatan secara maksimal.
2) Prinsip
Peningkatan Beban Terus Menerus
Otot
yang menerima beban latihan lebih atau overload kekuatannya akan bertambah dan
apabila kekuatan bertambah, maka program latihan berikutnya bila tidak ada
penambahan beban, tidak lagi dapat menambah kekuatan. Penambahan beban dalam
jumlah repetisi tertentu, otot belum merasakan lelah. Prinsip penambahan beban
demikian dinamakan prinsip penambahan beban secara progresif. (M. Sajoto, 1988
: 115).
3) Prinsip
Urutan Pengaturan Suatu Latihan
Latihan
berbeban hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kelompok otot besar mendapat
giliran latihan lebih dulu sebelum latihan otot kecil. Hal ini perlu agar
kelompok otot kecil tidak mengalami kelelahan terlebih dahuu, sebelum kelompok
otot mendapat giliran latihan pengaturan latihan hendaknya diprogramkan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi dua bagian otot dalam tubuh yang sama
mendapat dua giliran latihan secara berurutan
(M. Sajoto, 1988 : 115)
4) Prinsip
Kekhususan Program Latihan
Menurut
O’shea dalam bukunya M. Sajoto (1988 : 42) menyatakan bahwa semua program
latihan harus berdasarkan “SAID” yaitu Specific Adaptation to Imposed Demands.
Prinsip tersebut menyatakan bahwa latihan hendaknya bersifat khusus, sesuai
dengan sasaran yang akan dicapai. Bila akan meningkatkan kekuatan, maka
program latihan harus memenuhi syarat
untuk tujuan meningkatkan kekuatan.
Program
latihan dengan beban dalam beberapa hal hendaknya bersifat khusus. Namun perlu
memperhatikan pula gerak yang dihasilkan, oleh karena itu latihan berbeban
hendaknya dikaitkan dengan latihan peningkatan ketrampilan motorik khusus.
Dengan kata lain latihan beban menuju
peningkatan kekuatan, hendaknya diprogram yang menuju nomor-nomor cabang
olahraga yang bersangkutan. Seperti diketahui bahwa untuk mendapatkan hasil
lompatan yang jauh dalam lompat jauh perlu adanya bentuk latihan untuk
meningkatkan daya ledak otot tungkai, latihan tersebut dapat dilakukan baik
dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Menggunakan alat dalam hal ini adalah
latihan lompat dengan rintangan dan latihan lompat meraih sasaran di atas.
Selain keempat
prinsip yang cukup
mendasar untuk program
latihan menurut Tohar (2004 : 54) program latihan dapat diatur dan
dikontrol dengan cara memvariasikan beban latihan seperti volume,
intensitas, recovery dan frekuensi dalam
suatu unit program latihan harian.
Volume menurut Depdikbud (1997 : 31) ialah kuantitas beban latihan yang biasa
dinyatakan dengan satuan jarak, jumlah beberapa elemen jenis latihan, total
waktu latihan, berat beban yang diangkat, jumlah set dalam latihan interval dan sirkuit sebagai
ukuran rangsangan motorik dalam satu unit latihan. Intensitas menurut Tohar
(2004 : 55) adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkat pengeluaran
energi, alat dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan.
Intensitas latihan plaiometrik dapat ditingkatkan dengan penambahan beban pada
hal-hal tertentu dengan peningkatan ketinggian rintangan-rintangan (bilah)
untuk depth jump atau dengan memperlebar jarak dalam longitudinal jump. Recovery dikatakan oleh
Tohar (2004 : 55) adalah
waktu
yang digunakan untuk pemulihan tenaga kembali antara satu elemen materi latihan
dengan elemen berikutnya. Menurut O’Shea yang dikutip oleh M. Sajoto (1988 :
48) mengatakan bila latihan lebih dari satu rangkaian, maka masa istirahat
dalam rangkaian adalah antara 1-2 menit. Menurut Bompa yang dikutip oleh M.
Sajoto (1988 : 33) mengatakan bahwa tes untuk mengevaluasi hasil latihan
kekuatan dapat dilaksanakan setelah antara 4-6 minggu dari suatu masa siklus
latihan makro. Frekuensi menurut Tohar (2004 : 55) adalah ulangan gerak
beberapa kali atlet harus melakukan gerakan setiap giliran. Frekuensi tinggi berarti
ulangan gerak banyak sekali dalam satu giliran. Frekuensi dapat juga diartikan
berapa kali latihan per hari atau berapa hari latihan per minggu.
Dalam penelitian
ini frekuensi latihan yang dipakai adalah tiga kali per
minggu selama enam minggu. Sehingga tidak terjadi kelelahan yang kronis dengan
lama latihan enam minggu tersebut.
E.
Latihan
Lompat Dengan Melompati Rintangan dan Latihan Lompat Meraih Sasaran Di Atas
Untuk
meningkatkan daya ledak otot tungkai menurut Gerry A. Carr (1997 : 141) dilatih
dengan melompati rintangan dan menyundul bola yang digantung dan dikatakan oleh
Aip Syarifuddin (1992 : 10) untuk
mendapatkan lompatan yang tinggi dapat diberi rintangan kira-kira 25 cm sampai
30 cm. Anak-anak melompati rintangan tersebut. Dengan jalan demikian anak-anak
akan dapat melompat lebih tinggi kedua kaki diangkat dan kedua lutut ditekuk.
Disamping itu juga bisa dengan jalan lain, untuk menolong ketinggian lompatan ,
dapat dibantu dengan menggantungkan sebuah benda. Tinggi benda kira-kira tidak
akan terjangkau bila anak itu melompat.
Menurut Aip
Syarifuddin (1992/1993 : 62) bahwa
dalam membentuk gerakan-gerakan
dasar melompat dapat dilakukan dengan latihan diantaranya lompat meraih suatu
benda di atas dan lompat melewati
temannya yang merangkak. Gunter Bernhard (1993 : 86) berpendapat bahwa untuk melatih lompat
pada lompat jauh dengan melakukan bentuk-bentuk permainan dalam latihan yaitu
melakukan loncatan-loncatan dengan menyentuh suatu penentu selama mungkin
memegang teguh sikap tubuh bagian atas yang tegak, penentu arah selalu diambil
dari tempat pendaratan.
Dari pendapat
beberapa ahli di atas, latihan lompat yang peneliti maksud
adalah latihan lompat dengan rintangan yang tingginya semakin meningkat dan
latihan lompat meraih serangkaian sasaran atau serangkaian bola yang digantung
dimana ketinggian bola gantungnya semakin ditingkatkan.
1) Latihan
Lompat dengan Melompati Rintangan
a. Pelaksanaan
Sikap awal
: berdiri kira-kira
3 meter disisi depan rintangan,
sikap badan tegak. Gerakkannya : dari sikap awal ancang-ancang (run up) 3
langkah dilanjutkan menolak dengan kaki satu sebagai kaki tumpu (kiri) melompat
di atas rintangan mendarat dengan dua kaki kemudian langsung melompat
kerintangan kedua dan seterusnya. Gerakan melompat dilakukan terus berkesinambungan
antar rintangan dengan tetap memperhatikan ancang-ancang (run up) 3 langkah,
jarak tolakan kaki dengan rintangan 1 meter dengan ditandai garis batas
tumpuan. Sikap badan saat melompat di atas rintangan, tangan digerakkan ke atas
dan paha kaki digerakkan hingga horizontal. Pendaratan : mendarat dengan kedua
kaki bersama-sama, posisi kaki renggang selebar bahu dan sedikit jongkok kepala
tegak kedua lengan disamping badan.
Perlengkapan
Perlengkapan
yang diperlukan dalam latihan lompat dengan rintangan adalah bilah sebagai
rintangan yang tingginya semakin meningkat dari 30 cm, 35 cm, 40 cm, 50 cm dan
55 cm. Adapun jarak antara rintangan 4 meter dan jarak tumpuan dengan rintangan
1 meter.
2) Latihan
Lompat Meraih Sasaran di Atas
a. Pelaksanaan
Sikap
awal : berdiri tegak di depan sasaran di atas (bola digantung), jarak kira-kir 3
meter. Selanjutnya melakukan ancang-ancang (run up) 3 langkah kemudian melompat
kedua lengan naik ke atas meraih bola di gantung dengan bertumpu pada satu kaki
(kiri), begitu mendarat ancang-ancang dan melompat lagi untuk meraih bola
digantung yang kedua dan seterusnya yang dilakukan sebanyak 5 kali secara
berkesinambungan. Sikap setelah menumpu mengayunkan lengan dan kaki yang
mengayun ke atas untuk membantu menambah ketinggian. Waktu melakukan tolakan
tetap memperhatikan ancang-ancang 3 langkah dan menumpu dengan satu kaki, jarak
tumpuan dengan garis vertical bola digantung 1 meter yang ditandai pada garis
batas tumpuan setiap bola digantung.
Pendaratan
: mendarat dengan kedua kaki bersama-sama posisi badan agak jongkok, lutut agak
ditekuk dan tangan disamping badan.
b.
Perlengkapan
Perlengkapan yang
diperlukan untuk latihan lompat
meraih sasaran di atas adalah bola digantung dengan ketinggian semakin meningkat dari 175 cm, 180 cm, 185
cm, 190 cm, 195 cm dan 200 cm, adapun jarak antar bola digantung 4 meter dan
jarak tumpuan melompat dengan garis vertical bola digantung 1 meter.
F.
Analisis
Gerakan Latihan Lompat
1) Latihan
Lompat dengan Rintangan
Secara anatomi
gerakan dan otot-otot utama yang terlibat secara langsung dalam latihan lompat
dengan rintangan yaitu dari otot tungkai atas sampai otot tungkai bawah. Dengan
kekuatan otot tungkai yang dilimiliki akan menambah kecepatan waktu berlari
untuk awalan dan tolakan pada waktu menolak, demikian pula waktu pendaratan.
Sedangkan ketinggian lompatan yang dihasilkan lebih tinggi, karena siswa
terpacu untuk berusaha semaksimal mungkin melompat setinggi-tingginya di atas
rintangan sehingga rintangan tidak jatuh.
Hasil lompatan
yang diperoleh pada latihan ini lebih jauh karena ada ayunan tangan dan gerakan
kaki yang memimpin keatas dan kemudian
lurus kedepan, selanjutnya mendarat. Kecepatan dan gerak lebih cepat, karena
tidak ada usaha mempertahankan badan di atas rintangan. Untuk keseimbangan
badan saat mendarat lebih seimbang dan terarah.
2) Latihan
Lompat Meraih Sasaran di Atas
Ketinggian lompatan yang dihasilkan pada latihan lompat
meraih sasaran di atas tinggi karena siswa juga terpacu untuk bisa sampai meraih bola digantung, akan
tetapi posisi bola jauh di atas kepala maka ayunan tangan untuk meraih sasaran
tidak sampai.
Hasil lompatan
yang diperoleh kurang jauh karena siswa terkonsentrasi untuk meraih bola
setelah meraih mendarat tidak jauh dari garis vertical bola digantung. Kecepatan gerak waktu
yang dibutuhkan saat melayang
diudara lebih lama, karena ada usaha mempertahankan sikap tegak saat meraih
bola.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasakan hasil
pembahasan di atas, maka dapat menyimpulkan bahwa :
1. Ada
perbedaan pengaruh antara latihan melompati rintangan dan meraih sasaran di
atas terhadap kemampuan lompat jauh pada
siswa SD, SMP dan SMA.
2. Latihan
lompat dengan rintangan lebih baik pengaruhnya dari pada latihan lompat meraih
sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa SD, SMP dan SMA.
B. Saran
Berdasarkan pada
hasil akhir dari penelitian ini maka dapat diberikan
saran bagi Guru Penjaskes dan pelatih untuk memperoleh hasil yang lebih baik
dalam latihan daya ledak otot tungkai disarankan menggunakan bentuk latihan lompat
dengan rintangan, karena sudah diuji bahwa latihan lompat dengan rintangan
mempunyai pengaruh lebih baik dari pada
latihan lompat meraih sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh gaya
jongkok.
DAFTAR
PUSTAKA
Aip
Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta :
Depdikbud.
Aip
Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta
: Depdikbud.
Bernhard,
G. 1993. Atletik Prinsip Dasar
Latihan Loncat Tinggi, Jauh, Jangkit dan
Loncat Galah. Terjemahan dari String
Trainning voor. Djeugd. Semarang : Dahara Prize.
Carr,
Gerry. 2000. Atletik (Edisi Terjemahan). Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Depdikbud.
2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi SD dan MI. Jakarta: Dharma
Bhakti.
--------------.
1997. Kondisi Fisik Anak-anak Sekolah
Dasar. Jakarta : Depdikbud.
Depdiknas.
2000. Pedoman dan Modal Pelatihan Kesehatan Olah Raga Bagi PelatihOlahragawan
Pelajar. Jakarta.
Engkos,
Kosasih. 1985. Olahraga Tehnik dan Program Latihan. Jakarta. Akademika Pressindo.
Harsono.
1982. Ilmu Coaching. Jakarta: KONI
Pusat.
J.
Matakupan. 1996. TeoriBermain.
Jakarta: Depdikbud
KONI. 2000. Panduan Kepelatihan. Jakarta: KONI.
M. Sajoto.
1988. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga.
Semarang : Dahara Prize.
Nurhasan.
2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.