Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil
belajar siswa pada pokok bahasan negara-negara Asean di kelas VI SDN 1 ........ Hal ini disebabkan : 1) Proses pembelajaran
IPS materi Negara-negara Asean tidak dilaksanakan dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan aktivitas yang bermakna, sehingga pembelajaran
yang tampak mencerminkan (teacher
centered) dengan menjejali siswa materi-materi dengan menggunakan metode
ceramah, 2) Dalam menjelaskan materi tidak menggunakan media yang relevan
dengan materi sehingga materi yang disampaikan verbalistis, 3) Pembelajaran IPS materi Negara-negara Asean tidak
direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan
aspek keterampilan sosial siswa dengan sesama temannya, 4) Hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPS materi Negara-negara Asean belum mencapai KKM yang
ditentukan. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan guru menggunakan model pembelajaran yang dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa dapat melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi dengan
sesamanya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai
dengan gambaran tersebut adalah Model Cooperative
Learning Type STAD. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas adaptasi dari model Kemmis dan
M.C. Taggart yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus dari perencanaan,
tindakan dan observasi serta refleksi. Penelitian ini dilakukan di Kelas VI SDN
1 ......., yang terdiri dari 15 orang siswa.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui hasil observasi kinerja guru
membuat RPP mengalami peningkatan pada siklus I 76% dan pada siklus II 92%.
Dalam pelaksanaan pembelajaran juga ada peningkatan, yakni pada siklus I 75%,
sedangkan pada siklus II 90%. Hasil
belajar siswa juga ada peningkatan yakni pada Siklus I 75%, sedangkan pada
siklus II 91%, dan aktivitas siswa pada pembelajaran juga ada peningkatan
siklus I 74% sedangkan pada siklus II 91%.Berdasarkan hasil ini dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model Cooperative
Learning Type STAD
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS tentang
Negara-negara Asean.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling utama dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti tujuan pendidikan di
sekolah tersebut akan tercapai bergantung pada bagaimana proses belajar itu
dilaksanakan. Kegiatan belajar mengajar dirancang dengan mengikuti
prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan
aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, dalam
kegiatan belajar mengajar guru perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk
menggunakan haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar tetap berada
pada diri siswa, dan guru hanya bertanggung jawab untuk menciptakan situasi
yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar
secara berkelanjutan atau sepanjang hayat.
Hal ini berarti
bahwa IPS terbentuknya dari persoalan manusia dan lingkungan alam fisik dan
lingkungan sosial yang timbul, zaman sekarang atau masa yang akan datang. Untuk
itu dalam pembelajaran perlu upaya guru dalam menggunakan berbagai pendekatan,
model dan metode untuk membantu siswa memahami konsep ilmu pengetahuan. Di
samping itu guru ditungtut supaya dapat mengatur lingkungan belajar yang
mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi (metode dan media)
pengajaran, dan penilaian pengajaran.
Pada pembelajaran IPS, guru di Sekolah Dasar harus
sungguh-sungguh menaruh minat siswa terhadap IPS yang menjadi tanggung
jawabnya. Keragu-raguan guru terhadap IPS dapat menimbulkan keraguan pada
siswa, sehingga minat mereka tidak terbina. Sumaatmaja (2002, hlm. 45) mengemukakan bahwa kegagalan awal dalam merebut minat dan dorongan
ingin tahu dapat menjadi kesalahan fatal pada pembelajaran IPS, yang dapat
memposisikan IPS pada posisi kelas enam bila dibandingkan dengan pembelajaran lain Non IPS.
Dari hasil observasi
di kelas VI SDN I ....... Kecamatan ....... diperoleh data tentang hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPS dianggap kurang maksimal. Dari 21 orang siswa dikategorikan pandai sebanyak 5 orang, kategori sedang sebanyak 10 orang, dan kategori kurang sebanyak 6 orang, hanya 13 orang siswa yang mencapai KKM
dan 8 orang
siswa yang belum mencapai KKM. Bahkan nilai rata-rata yang diperoleh hanya mencapai 4,23
jauh dari nilai KKM yang diharapkan yaitu 70 atau 70%.
Ternyata setelah dilakukan
identifikasi masalah dalam pembelajaran IPS di kelas VI SDN I ......., ditemukan masalah terutama pada penyampaian materi yang kurang
optimal sehingga hasil belajar siswa
pada materi tersebut di bawah rata-rata kriteria ketuntasan minimum (KKM).
Inilah kenyataan yang
ada dilapangan, cara mengajar konvensional seperti ini harus mulai
ditinggalkan, karena terbukti tidak efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Rendahnya hasil belajar IPS perlu dikaji dari berbagai komponen pembelajaran,
antara lain menyangkut guru, siswa, materi atau kendala-kendala yang dihadapi
guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS di sekolah. Ruseffendi (1980, hlm. 5) mengatakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya
siswa belajar adalah kemampuan yang dimiliki seorang guru, cara belajar siswa,
situasi pengajaran dan kondisi lingkungan.” Seorang guru yang profesional harus
memiliki kemampuan dalam membantu siswa belajar. Salah satu kemampuan guru
dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu guru harus senantiasa berupaya
memahami dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan, karena dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, seorang guru dihadapkan kepada keragaman karakteristik
dan dinamika perkembangan siswa. Sebuah kelas pada umumnya bersifat heterogen,
secara psikologis tidak ada dua individu yang sama, yang ada hanyalah
keragaman.
Selanjutnya keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran atau pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sangatlah diperlukan karena dapat memberikan
pengalaman baru yang bermakna bagi siswa dalam membangun pengetahuannya. Bahkan
dalam pengetahuan sosial bukan hanya aspek kognitif saja yang dikembangkan,
melainkan yang lebih penting lagi adalah bagaimana aspek keterampilan sosial
siswa dapat berkembang dengan lebih optimal.
Berkaitan dengan sejumlah masalah yang dikemukakan di atas, salah satu
solusi pemecahan masalah di atas diantaranya dengan menerapkan model pembelajaran yang
penulis anggap paling
tepat untuk diterapkan
dalam proses pembelajaran IPS
yakni model Cooperative Learning.
Karakteristik yang dimiliki setiap siswa berbeda
satu dengan yang lainnya, maka dengan perbedaan itu digunakan untuk terjadinya
komunikasi antara siswa yang mempunyai kemampuan lebih dengan siswa yang
kurang. Dengan menggunakan model Cooperative
Learning diharapkan siswa yang memiliki potensi lebih akan membantu siswa
yang memiliki potensi biasa dan rendah. Bahkan siswa yang berpotensi lemah pun
akan mempunyai keberanian untuk bertanya kepada teman sebayanya yang berpotensi
lebih. Di sana akan terjadi komunikasi aktif dengan menggunakan bahasa anak
yang akan lebih dapat dicerna dibandingkan dengan bahasa yang digunakan guru.
IPS merupakan mata
pelajaran yang membina para siswa SD dan MI agar mereka dapat mengenal fenomena
sosial mulai dari yang dekat dengan lingkungannya sampai dengan fenomena dunia.
(Depdiknas, 2003, hlm.
7).
Penerapan Cooperative Learning type
STAD merupakan salah satu pilihan dalam menentukan teknik dan strategi
pembelajaran IPS. Cooperative Learning type STAD dipandang sebagai salah satu alternatip dalam memecahkan
persoalan rendahnya mutu proses dan hasil pendidikan IPS. Sejalan dengan
pendapat Lasmawan (1997, hlm.
25) dalam bukunya mengemukankan bahwa. “Penggunaan
Cooperative Learning type STAD
memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,
sikap, keterampilan dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan
demokratis”.
Bertolak dari
latar belakang di atas, penulis tertarik dan
berkeinginan mengadakan penelitian yang berjudul “Penggunaan Model Cooperative
Learning Type STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang
Negara-Negara Asean Pada Pembelajaran IPS di Kelas VI SDN I .......
Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran
IPS di Kelas VI SDN I ....... Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis).”
Secara umum permasalahan penelitian adalah tentang usaha perbaikan
kegiatan belajar mengajar, yang bertolak dari rendahnya hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran IPS materi Negara-negara Asean. Berdasarkan uraian di atas
masalah penelitian dapat dirumuskan dengan dalam bentuk pertanyaan. Bagaimana Penggunaan model Cooperative Learning type STAD untuk meningkatkan hasil belajar
siswa di Kelas VI SDN I ....... Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis?
Tujuan Penelitian adalah Meningkatkan hasil
belajar siswa dalam proses pembelajran
IPS melalui model Cooperative Learning Type STAD di Kelas VI SDN I .......
Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis.
Manfaat penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kinerja siswa dalam
pembelajaran IPS sehingga dapat belajar secara tuntas menguasai kompetensi dasar yang diajarkan dan
memiliki sikap sosial yang baik.
Dalam kurikulum 2006 (2006, hlm. 149), “Pendidikan IPS di Sekolah Dasar, adalah
mata pelajaran yang mempelajari tantang kehidupan sosial yang didasarkan pada
bahan kajian Geografi, Antropologi, Tatanegara, dan Sejarah.”
Berdasarkan letak geografisnya, negara
Indonesia berada di kawasan Asia Tenggara yang terletak di antara Benua Asia
dan Benua Australia serta diantara Samudra Fasifik dan Samudra Hindia. Dengan
demikian yang termasuk negara tetangga adalah negara yang berada di Kawasan
Asia Tenggara, yang meliputi Malaysia, Singapura, Brunai Darusalam, Filipina,
Thailand, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Timor Leste. Negara tetangga
Indonesia khususnya negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara
bergabung dalam suatu perhimpunan yang disebut Asean (Association of South East Asian Nation). Asean dibentuk pada
tanggal 18 Agustus 1967 dalam deklarasi bangkok yang ditandatangani di Bangkok
Thailand oleh lima Menteri Luar Negeri Negara pendiri Asean.
Kata “Cooperative” menurut
Ruskandi (2001, hlm. 28)
adalah “mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lain.”. Sedangkan Cooperative Learning
menurut Hilda dan Margaret (2002, hlm. 70) adalah suatu strategi
belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja
atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok yang terdiri dua orang atau lebih.
Melihat dari karakteristik yang dikemukakan di atas maka perlu adanya
rancangan dan pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Learning. Agar mendapat sesuatu yang lebih baik dalam
belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Untuk menciptakan kebersaman
dalam belajar, guru harus merancang program pembelajarannya dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kebersamaan siswa, sehingga mampu menciptakan
suasana kegiatan belajar siswa yang aktif dan kreatif. Proses pembelajaran
dalam model Cooperative Learning
berdasarkan perancangan dan pelaksanaannya pada pemikiran pilosofis yaitu “Getting better together”. Artinya bahwa
untuk mendapatkan sesuatu dalam belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama
(dari awal sampai akhir langkah-langkah pembelajaran). Untuk menciptakan
kebersamaan dalam belajar, guru harus merancang program pembelajarannya dengan
mempertimbangkan aspek kebersamaan siswa sehingga mampu mengkondisikan dan
mempormalisasikan kegiatan belajar siswa dalam interaksi yang aktif –
interaktif dalam suasana kebersamaan bukan saja di dalam kelas tetapi juga di
luar lingkungan sekolah.
Yang dimaksud Cooperative Learning
type STAD (Student Teams Achievement Divisions) Menurut Slavin (1990),
(Trianto, hlm.
2007: 52).
Cooperative Learning jenis STAD adalah salah satu jenis pembelajaran kelompok
yang prosesnya melalui 5 tahapan, yaitu: 1) pengajaran oleh guru (pemberian
materi secara demonstrasi, ceramah, eksperimen atau membahas buku teks), 2)
kegiatan kelompok (membuat rangkuman atau kesimpulan dan persiapan tes), 3)
pelaksanaan tes secara individu, 4) pengumpulan hasil tes dalam kelompok dan
menghitung skor kelompok, dan 5) pemberian penghargaan kelompok unggul.
Inti dari STAD adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa
bergabung dalam kelompoknya yang terdiri dari empat atau lima orang untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Secara mendasar,
pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala
tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya;
memamfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan
pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan
masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem
kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota
masyarakat. Dengan pertimbangn bahwa
manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS pada
jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup
pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang
dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial
kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD. Sebagaimana telah
dikemukakan di depan, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota
masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi (a)
substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b)
gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua
lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS
tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali
materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan
kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang
tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai
tujuannya.
Nuril Huda (1997, hlm. 110) menyatakan dalam Dasar-dasar Metodologi Penelitian bahwa asumsi
adalah “anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan dan
bertindak dalam melaksanakan penelitian.” Kebenaran asumsi adalah dianggap
benar tanpa harus dibuktikan lebih dahulu,
dengan demikian penulis memperoleh pengertian bahwa asumsi adalah
pemikiran yang didasarkan pada kebenaran yang diterima tanpa harus dibuktikan
terlebih dahulu kebenarannya.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannnya, hal
ini sesuai dengan pendapat Suharsimi (2007,
hlm.64) yang menyatakan pengertian “Hipotesis
merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” Berdasarkan pemikiran
tersebut maka hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai
berikut. “Jika guru dalam pembelajaran IPS
tentang Negara-negara Asean dapat merancang, melaksanakan pembelajraan dan mengevaluasi dengan benar, melalui penggunaan model Cooperative Learning type STAD, maka hasil belajar siswa dapat meningkat”.
Penelitian dilaksanakan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri I ....... yang berada di UPTD Pendidikan Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2013/2014.
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPS
tentang Negara-negara Asean yang terdiri-dari guru dan siswa yang berjumlah 21 orang
yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.
Metode yang digunakan dalapenelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
model Kemmis dan MC. Taggart. Penggunaan model ini berdasarkan pada
pertimbangan bahwa model ini sederhana sehingga mudah dipahami oleh peneliti.
Hal tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan kesulitan belajar pada mata
pelajaran IPS materi Negara-neara Asean di kelas VI Sekolah Dasar Negeri I .......
Kabupaten Ciamis. Dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
beberapa tahap. Wardani, dkk (2003, hlm. 2.4) mengemukakan tahapan tersebut sebagai berikut :
“Merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan refleksi”.
Agar arah penelitian ini tampak jelas dan
tidak menimbulkan pemahaman ganda maka definisi operasional dalam penelitian
ini, penulis memberi batasan sesuai dengan apa yang dimaksudkan dalam kegiatan
penelitian tindakan ini, Instrumen Pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan lembar observasi yang terdiri dari :
1.
Lembar observasi
perencanaan pembelajaran
2.
Lembar observasi
kegiatan guru
3.
Lembar observasi
kegiatan dan hasil belajar siswa
Untuk keperluan pengumpulan data yang
berkaitan dengan tugas observer, peneliti
bersama peneliti mitra menentukan teknik-teknik pengumpulan data yang
diperlukan yaitu:
Observasi yang digunakan adalah observasi langsung sehingga
dapat mengetahui keadaan sebenarnya di dalam kelas serta mengamati aktivitas guru
dan siswa selama proses kegiatan belajar berlangsung. Melalui observasi ini,
observer memberikan nilai terhadap kinerja guru merencanakan pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning type STAD yang dilakukan oleh peneliti.
Dengan demikian teknik observasi, instrumennya berupa lembar pengamatan.
Tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS materi Negara-negara Asean.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan
model pembelajaran Cooperative Learning
Type STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang Tiga negara Asean di Kelas VI SDN I .......
Kecamatan ....... telah menghasilkan
suatu perubahan dan peningkatan baik dari segi kinerja guru membuat RPP,
kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar siswa dan aktivitas
belajar siswa sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Untuk membahas keberhasilan tindakan penelitian
ini dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa tentang tiga negara Asean,
dengan penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning Type STAD diuraikan sebagai berikut :
Perencanaan
pembelajaran di buat oleh guru, untuk mengetahui keberhasilan guru dalam
membuat perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Type STAD di Kelas
VI SDN I ....... Kecamatan ......., di nilai oleh observer dengan menggunakan
instrumen observasi kinerja guru membuat RPP, perencanaan pembelajaran di
setiap siklus diobservasi, selanjutnya direfleksi berbagai kekurangannya dan
kelemahannya direvisi dan melengkapi kekurangannya sesuai saran dari obsever,
sehingga perencanaan yang di buat guru berdasarkan hasil observasi mengalami
perbaikan secara berkelanjutan dan peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Pelaksanaan pembelajaran IPS tentang
tiga negara Asean, merupakan implementasi dari perencanaan pembelajaran yang
dibuat, pelaksanaan pembelajaran tersebut di observasi oleh observer dengan
menggunakan instrumen observasi kinerja guru dalam pembelajaran. Adapun hasil
dari observasi pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II mengalami
peningkatan yang sangat berarti, karena setiap siklus tindakan diperbaiki
sesuai dengan hasil refleksi sehingga hasil observasinya terus mengalami
peningkatan.
Sejalan dengan peningkatan kemampuan
guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, kinerja siswa dalam
kelompok dan hasil belajar siswa pun mengalami peningkatan, hal ini sesuai
dengan hipotesis yang telah di rumuskan “Jika pembelajaran IPS dengan penerapan
model Cooperative Learning type
STAD tentang Tiga negara Asean, maka hasil belajar siswa dapat
meningkat” terbukti setelah
dilaksanakan tindakan pembelajaran
siklus I dan siklus II hasil belajar siswa meningkat, dan dapat mencapai KKM
yang telah di tentukan. Berdasarkan
hasil penelitian dan temuan di lapangan tentang Penerapan Model Cooperative Learning Type STAD untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Tiga negara Asean pada Pembelajaran
IPS di Kelas VI SDN I ....... Kecamatan .......
Kabupaten Ciamis (Penelitian
Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPS di Kelas VI SDN I ....... Kecamatan .......
Kabupaten Ciamis).”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
Perencanaan pelaksanaan pembelajaran
IPS di buat oleh peneliti sebelum
pelaksanaan tindakan belum maksimal. Hal
ini dikarena perencanaan pembelajaran yang selama ini digunakan belum
sepenuhnya mengacu pada kurikulum 2006 dengan tujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai
individu maupun sosial dan budaya. Sedangkan Perencanaan pembelajaran tentang tiga negara
Asean melalui penggunaan Cooperative Learning Type STAD
di Kelas VI SDN I ....... Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta telah
mencapai hasil yang diharapkan. Perencanaan
telah disusun
dengan berpedoman pada kompetensi,
hasil
belajar, dan indikator
yang mengacu pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
dan berdasar RPP yang sudah disusunsesuai dengan langkah-langkah penggunaan
media benda-benda sekitar kelas Keberhasilan
dalam menyusun perencanaan pembelajaran
ditandai dengan berubahnya nilai yang dicapai pada setiap siklus yang semakin
meningkat.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan sebelum
tindakan tampak kurang optimal. Karena
model pembelajaran yang selama ini digunakan belum mengarah pada aktifitas
siswa secara penuh, sehingga pembelajaran monoton dan membosankan sehingga
berdampak pada hasil belajar mencapai nilai di bawah KKM yang telah
ditetapkan. Setelah dilakukan
tindakan tentang pelaksanaan
pembelajaran tentang tentang tiga negara Asean melalui
penggunaan Cooperative Learning Type STAD
di Kelas VI SDN I ....... Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis dan RPP yang
dibuat sesuai dengan tujuan yang diharapkan, di mana guru sudah melaksanakan dengan efektip dan
meningkat dengan baik. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh guru dalam
pelaksanaan pembelajaran tentang tiga negara Asean melalui
penggunaan Cooperative Learning Type STAD
di Kelas VI SDN I ....... Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis tiap siklusnya terlihat adanya
peningkatan cukup signifikan.
Hasil belajar siswa yang dicapai sebelum tindakan
masih di bawah rata-rata KKM yang telah ditetapkan. Karena pembelajaran yang salama ini lakukan
kurang mendorong siswa memahami materi secara utuh dalam kelompok yaitu melalui
tukar pikiran, tanya jawab, memecahkan masalah dan menyimpulkan. Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model
Cooperative
Learning Type STAD di Kelas VI SDN I .......
Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis mengacu pada RPP yang telah disusun.
Pelaksanaan pembelajaran sudah baik Hal ini ditunjukan dari aktivitas dan hasil
belajar siswa tiap siklusnya mengalami peningkatan. Ini dampak dari perhatian
siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning
Type STAD.
Pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru telah memberikan
dorongan bagi siswa untuk terlibat secara penuh dalam pembelajaran. Siswa sudah memperlihatkan kemampuannya
selama siklus I dan berlanjut ke siklus II.
Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS tentang tiga negara Asean di kelas VI SDN I ....... Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis, memperoleh nilai kognitif pada
siklus I nilai rata-rata sebesar 75 atau
75%, pada tindakan kedua
sebesar 95,6 atau 95,6%, mengalami
peningkatan 20,6%.
Nilai afektif (aktivitas siswa) pada siklus I nilai rata-rata sebesar 74 atau 74%,
pada tindakan kedua sebesar 95,6 atau 95,6%, mengalami peningkatan 21,6%. Hal ini dapat
diartikan bahwa hasil belajar siswa tentang tiga
negara Asean dapat ditingkatkan dengan penerapan model Cooperative Learning Type STAD.
Sesuai
dengan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat diungkapkan pada
bagian ini. Saran-saran dimaksud adalah sebagai berikut :
Bagi
Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk
mempertimbangkan penggunaan berbagai model pembelajaran khususnya penggunaan
model Cooperative Learning Type STAD
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran
IPS.
Bagi
Kepala Sekolah, hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran
IPS dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa tentang tiga negara Asean dengan
penerapan model Cooperative Learning Type
STAD di Kelas VI SDN I ....... Kecamatan ....... Kabupaten Ciamis, diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk memberikan keleluasaan pada guru dalam rangka
merancang rencana pembelajaran dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran khususnya melalui penggunaan model Cooperative Learning Type STAD.
Bagi
peneliti selanjutnya di lembaga PGSD UPI, agar penelitian yang sudah
dilaksanakan dapat ditindak lanjuti karena penelitian ini hanya membatasi pada
upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS tentang tiga negara Asean di
Kelas VI, melalui penerapan model Cooperative
Learning Type STAD .
Daftar Pustaka
Departemen
Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta : Pusat
Kurikulum.
Hamalik,O.
(2002).
Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hilda,
Karli dan Yuliaritiningsih Margaretha Sri. (2002). Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi Model-Model Pembelajaran 2. Bandung : Bina Media
Informasi.
Iscak. (2008). Teori-Teori Belajar. Bandung : Erlangga.
Lie,
A. (2005). Cooperative Learning.
Jakarta : Gramedia Widiasarana Informatika.
Ruseffendi. (1980).
Pengantar Kepada Pengembangan Kompetensi Guru
Matematika CBSA. Bandung :
Tarsito.
Ruskandi. ( 2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Suharsimi,
A dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Sinar Grafika.
Suharto, Dkk. (1994). Ilmu Pengetahuan Sosial SD Untuk Kelas VI. Jakarta :
Erlangga
Surya,
M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani
Quraisy.
Tim
Dosen PGSD. (2005). Bahan Ajar Pendidikan
IPS Sekolah Dasar. PGSD UPI Kampus Tasikmalaya.
Trianto.S.
(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pusataka.
Wahyudi. (2006).
Pedoman Pembelajaran secara Kontekstual
untuk Guru SD. Yogyakarta: Lembaga
Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Yogyakarta.
Winataputra. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Citra.
Wiriaatmadja.
(2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar