BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Panjat tebing merupakan olahraga ekstrim dan penuh tantangan,namun dibalik itu olahraga ini banyak penggemarnya dan sampai sekarang olahraga ini terus mengalami perkembangan yang sangat pesat, maka dari itu saya selaku orang yang berada dalam bidang olahraga ingin menambah wawasan dalam olahraga ini.
B. Tujuan
Dengan mempelajari tentang olahraga ini maka :
1. Akan mengetahui lebih luas tentang panjat tebing.
2. Dapat memberikan materi olahraga ini pada siapapun yang membutuhkan
BAB II
SEJARAH PANJAT TEBING
A. Sejarah
Pertama kali panjat tebing
dikenal di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen. Tahun 1910, penggunaan
alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun masih terbatas pada
carabiner dan piton yang terbuat dari baja. Dan sejak itulah pendaki dari Austria
dan Jerman mulai mengembangkan teknik dan alat-alat baru dalam panjat tebing.
Di Inggris sebelum perang dunia meletus, kegiatan panjat sangat dibatasi dalam
penggunaan piton dengan alasan merusak lingkungan. Hal itulah yang
menyebabkannya ketinggalan dari Jerman. Teknik pemanjatan tebing dengan
menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920.
Tahun 1970, para pemanjat
Amerika mulai mengembangkan teknik baru di kawasan Yosemite.
Memasuki tahun 1980 panjat tebing mulai terpisah dari induknya (mendaki
gunung). Sementara di Indonesia sendiri panjat tebing mulai dikenal tahun 1960
yang dirintis oleh Mapala UI dan Wanadri diantaranya: Harry Suliztianto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, dan Deddy Hikmat yang
memulai latihan di tebing Citatah Jawa Barat. Kantor kementerian Negara Pemuda
dan Olah Raga bekerja sama dengan Pusat Kebudayaan Perancis (CCP)tahun 1989
mengundang para pemanjat Perancis Patrick Bernhault, Jean Baptise Tribout dan Corriene Lebrune serta Jean Harau seorang instruktur
teknis panjat tebing. Dan berdirinya FPTGI diikrarkan di tugu monas 21 April
1988 yang dilakukan sekitar 40-an orang dari berbagai OPA dari Jakarta,
bandung, Padang, Medan, Semarang, Yogyakarta Surabaya dan Ujung Pandang.Kemudian
FPTGI berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia). Dan tahun
1992 diakui sebagai anggota Union Internationale des Association d
Alpinisme (UIAA) yang
mewadahi organisasai panjat tebing dan gunung Internasional. Tahun 1994 FPTI
diakui sebagai induk olah raga panjat tebing oleh Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI) dan mulai ikut even pon sejak 1996.Dalam melakukan pemanjatan
tebing besar (big wall) dimana pemanjatan dilakukan berhari-hari, karena
jalurnya panjang.
B. Sistem
Ada dua sitem yang biasa digunakan yaitu sistem alpine(alpine push) dan Himalayan
(Himalayan style)
1.Alpine push
Dalam sistem ini pemanjat
melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa turun kecamp, jadi pemanjat selalu ada
ditebing saat tidur sekalipun (hanging bivoac) segala aktivitas diluar
pemanjatan dilakukan ditebing untuk ini segala peralatan dan perbekalan harus
benar benar diperhitungkan . penggunaan sistem ini juga harus memperhitungkan
personil yang bertugas mengangkat barang- barang tersebut dengan sistem load
carry.jadi dibutuhkan mimimal 3 personil (1 orang leader, 1orang belayer,
1orang load carry) setelah pemanjat terakir(person load carry) sampai dipitch
atasnya , tali(fixe rope) yang
digunakan naik dengan sistem jumaring langsung digulung untuk
dibawa keatas . jadi tidak ada tali menggantung untuk turun sebelum sampai
puncak.
Keuntungan
« Pemanjat tidak usah turun kedasar (base camp) untuk istirahat (malam) dan naik lagi ke
pitch terakhir untuk melakukan pemanjatan.
« Jumlah tali yang dibutuhkan relative sedikit (min 3roll)
« Waktu pemanjatan lebih singkat.
Kelemahan
« Segala sesuatu mulai dari membuka jalur dan yang mengevakuasi barang-barang
keperluan diatas harus dilakukan sendiri oleh leader atau bellayer tersebut (termasuk pemasangan lintasan untuk
load carry)
« Waktu istirahat malam hari kurang karena tidur menggantung
2. Himalayan
style
pemanjatan dilakukan sampai sore,
kemudian pemanjat turun ke camp
dasar dan pemanjatan
diteruskan besok pagi. Tali sampai pitch terakhir ditinggal untuk melanjutkan
pemanjatan besok, jadi sebelum leader dan bellayer melakukan pemanjatan mereka
akan melakukan jumaring sampai pitch terakhir kemudian baru leader melakukan
pemanjatan.
Kelebihan
« Cukup dibutuhkan dua orang personil untuk membuka jalur ( leader
dan bellayer )
« Pemanjat dapat beristirahat dengan nyaman di base camp
« Satu orang yang sudah mencapai sudah dianggap berhasil
Kekurangan
« Butuh banyak peralatan terutama tali, panjang tali disesuaikan
dengan panjang lintasan yang
akan dilakukan dalam pemanjatan.
« Waktu pemanjatan lebih lama.
BAB III
P E N U T U P
Kesimpulan
Olahraga panjat tebing pertama
dikenal di kawasan Eropa tepatnta di pegunungan Alpen dan pada tahun 1910,
penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun masih terbatas
namun untuk teknik pemanjatan tebing
dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920. di Indonesia sendiri panjat
tebing mulai dikenal tahun 1960 yang dirintis oleh Mapala UI dan Wanadri diantaranya: Harry Suliztianto, Agus Resmonohadi, Heri
Hermanu, dan Deddy Hikmat yang memulai latihan di tebing Citatah
Jawa Barat setelah itu berdirilah FPTGI diikrarkan di tugu monas 21 April 1988
lalu FPTGI berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia). Dan
tahun 1992 diakui sebagai anggota Union
Internationale des Association d Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasai
panjat tebing dan gunung Internasional.
DAFTAR PUSTAKA
§ Materi Dasar
Kepencintaalaman. Yogyakarta : Mahasiswa
Pecinta Alam Fakultas Geografi.
§ Mechanical
Advantage (hauling). Profesional Association Climbing Instructur Seehan B.E,
Alan.
§ Warid, Allan. “
vertical”. Komponen Dasar Panjat Tebing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar