LATAR BELAKANG
Glaukoma ditandai oleh
meningkatnya tekanan intraokular yang disertai oleh pencengkungan diskus optikus
dan pengecilan lapangan pandang. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat
penyakit mata lain.
Glaukoma adalah penyebab
kebutaan utama kedua di Indonesia, yang rata-rata terjadi pada orang-orang
berusia 40 tahun ke atas.Berdasarkan analisa WHO tahun 2012, glaukoma merupakan
penyebab kebutaan kedua di dunia.Glaukoma sudut
terbuka primer merupakan bentuk glaukoma yang tersering, yang menyebabkan
pengecilan lapangan pandang bilateral progresif asimtomatik yang timbul
perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi pengecilan lapang pandang
yang ekstensif.
Mekanisme peningkatan tekanan intraocular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera
anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem
drainase (glaukoma sudut tertutup).
Penurunan pembentukan humor akueus adalah suatu metode untuk menurunkan
tekanan intraokular pada semua bentuk glaukoma.Beberapa obat dapat menurunkan
pembentukan humor akueus.Tindakan-tindakan bedah dapat dilakukan untuk
menurunkan pembentukan humor akueus setelah terapi medis yang diberikan gagal.
Pada semua pasien glaukoma, perlu tidaknya terapi segera diberikan dan
efektivitasnya dinilai dengan melakukan pengukuran tekanan intraocular
(tonometry), inspeksi diskus optikus dan pengukuran lapangan pandang secara teratur.
Penatalaksanaan glaucoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi,
tetapi besar masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimtomatik mengharuskan
adanyanya kerjasama dengan petugas kesehatan yang lain.
ANATOMI SUDUT FILTRASI
Sudut
filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik mata.Sudut
ini terdapat di dalam limbus kornea.Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh
garis yang menghubungkan akhir dari membran Descemet dan membran Bowman.Akhir
dari membran Descemet disebut garis Schwalbe.
Limbus
terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan stroma.Epitelnya 2 kali ketebalan
epitel kornea.Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir
dari arteri siliaris anterior.
Bagian
terpenting dari sudut filtrasi adalah trabecular. Trabecular merupakan bagian
yang terdiri dari :
1.
Trabekula
korneoskleral
-
Serabutnya
berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju ke belakang mengelilingi kanalis
Schlemm untuk berinsersi pada sklera.
2.
Trabekula
uveal
-
Serabutnya
berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral spur (insersi dari
m.siliaris) dan sebagian ke m.siliaris meridional.
3.
Serabut
yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe)
-
Serabut
ini menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan sirkularis.
4.
Ligamentum
pektinatum rudimenter
-
Ligamentum
ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.
Trabekula terdiri dari
jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya diliputi oleh endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang
tembus pandang, sehingga bila ada darah di dalam kanalis Schlemm, dapat
terlihat dari luar.
Kanalis Schlemm
merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi kornea. Dindingnya
terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5 mm. Pada dinding sebelah dalam,
terdapat lubang-lubang sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan
kanalis Schlemm. Dari kanalis Schlemm keluar saluran kolektor, 20-30 buah, yang
menuju ke pleksus vena di dalam jaringan sklera dan episklera dan vena siliaris
anterior di badan siliar.
FISIOLOGI HUMOR AKUEUS
Tekanan intraokular
ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan terhadap aliran
keluarnya dari mata.Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera
anterior dan posterior mata.Volumenya adalah sekitar 250 μL/menit.Tekanan
osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma.Komposisi humor akueus serupa
dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat,
dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.
Humor akueus diproduksi
oleh korpus siliaris.Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma prosessus
siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosessus sekretorius epitel
siliaris.Setelah masuk ke kamera posterior, humor akueus mengalir melalui pupil
ke kamera anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior.Selama
periode ini, terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di
iris.Peradangan atau trauma intraokuler dapat menyebabkan peningkatan
konsentrasi protein.Hal ini disebut humor akueus plasmoid dan sangat mirip
dengan serum darah.
Jalinan trabekula
terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel
trabekula yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin
mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm.Kontraksi otot siliaris melalui
insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan
tersebut sehingga kecepatan drainase humor akueus juga meningkat.Aliran humor
akueus ke dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran
transelular siklik di lapisan endotel.Saluran eferens dari kanalis Schlemm
(sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus) menyalurkan cairan ke dalam
sistem vena.Sejumlah kecil humor akueus keluar dari mata antara berkas otot
siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveoskleral).
DEFINISI GLAUKOMA
Glaukoma merupakan kelompok
penyakit yang biasanya memiliki satu gambaran berupa kerusakan nervus optikus
yang bersifat progresif yang disebabkan karena peningkatan tekanan intraokular.
Sebagai akibatnya akan terjadi gangguan lapang pandang dan kebutaan.
Glaukoma biasanya menimbulkan
gangguan pada lapang pandang perifer pada tahap awal dan kemudian akan
mengganggu penglihatan sentral. Glaukoma ini dapat tidak bergejala karena
kerusakan terjadi lambat dan tersamar. Glaukoma dapat diobati jika dapat
terdeteksi secara dini.
EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia, glaukoma
dianggap sebagai penyebab kebutaan yang tinggi. Sekitar 2 % dari penduduk
berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun
jarang. Pria lebih banyak diserang daripada wanita.
ETIOLOGI
Glaukoma terjadi apabila
terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengaliran humor akueus. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat penyakit mata lain
(glaukoma primer). Sedangkan
pada kasus lainnya, peningkatan tekanan intraokular, terjadi sebagai
manifestasi penyakit mata lain (glaukoma sekunder).
FAKTOR RESIKO
Banyak faktor yang boleh
menyebabkan terjadinya glaukoma. Antara faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma
adalah :
1.
Tekanan
darah rendah atau tinggi
2.
Fenomena
autoimun
3.
Degenerasi
primer sel ganglion
4.
Usia
di atas 45 tahun
5.
Keluarga
mempunyai riwayat glaucoma
6.
Miopia
atau hipermetropia
7.
Pasca
bedah dengan hifema atau infeksi
Sedangkan beberapa hal yang
memperberat resiko glaukoma adalah :
1.
Tekanan
bola mata, makin tinggi makin berat
2.
Makin
tua usia, makin berat
3.
Hipertensi,
resiko 6 kali lebih sering
4.
Kerja
las, resiko 4 kali lebih sering
5.
Keluarga
penderita glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
6.
Tembakau,
resiko 4 kali lebih sering
7.
Miopia,
resiko 2 kali lebih sering
8.
Diabetes
melitus, resiko 2 kali lebih sering
GEJALA UMUM GLAUKOMA
Kebanyakan
penderita tidak memberikan gejala pada mata kecuali bila keadaan dimana terjadi
gangguan penglihatan. Bila saraf optik mulai rusak akan terjadi pengecilan lapangan pandang dan bila kerusakan telah lanjut maka akan terjadi
kebutaan.
Pada
glaukoma sudut sempit dimana tekanan bola mata mendadak naik maka akan terdapat
keluhan penglihatan kabur, rasa sakit yang berat, sakit kepala, halo, rasa mual
dan muntah. Glaukoma sudut sempit jarang terjadi akan tetapi adalah keadaan
gawat bila terjadi.
Pada
keadaan dimana sudut pengaliran cairan mata keluar sempit, pembendungan dapat
terjadi mendadak. Hal ini mudah terjadi pada glaukoma sudut sempit dimana
tekanan bola mata dapat mencapai lebih dari 60-70. Pada serangan tekanan bola
mata yang meningkat ini pasien akan merasa sangat sakit disertai mual dan
muntah. Penglihatan akan kabur disertai dengan penglihatan pelangi.
KLASIFIKASI GLAUKOMA
Glaukoma
dapat diklasifikasikan menjadi:
1.
Glaukoma
primer
a. Dewasa
-
Glaukoma
simpleks (glaukoma sudut terbuka, glaukoma kronis)
-
Glaukoma
akut (sudut tertutup)
b. Kongenital/juvenil
2.
Glaukoma
sekunder
a. Sudut tertutup
b. Sudut terbuka
Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Pada orang
normal jalan keluar cairan mata seimbang, sedangkan pada glaukoma sudutterbuka
terjadi pembendungan. Bila hal ini terjadi maka cairan akan tertimbun sehingga
tekanan bola mata akan meningkat.
Pada glaukoma sudut terbuka, cairan mata setelah melalui pupil masuk ke
dalam bilik mata depan dan tidak dapat melalui anyaman trabekulum. Keadaan ini
mengakibatkan tekanan bola mata naik yang akan merusak saraf optik.
Patofisiologi peningkatan tekanan intraokular yang disebabkan oleh
mekanisme sudut terbuka adalah proses degeneratif di jalinan trabekula,
termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan
endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dengan proses penuaan normal.
Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueus yang menyebabkan peningkatan
tekanan intraokular. Peningkatan
tekanan intraokular mendahului kelainan-kelainan diskus optikus dan lapangan
pandang. Terdapat hubungan yang jelas antara besarnya tekanan intraokular
dengan keparahan penurunan penglihatan.
Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka dan hubungannya
dengan tingginya tekanan intraokular masih diperdebatkan. Teori utama memperkirakan adanya
perubahan-perubahan elemen penunjang struktural akibat tekanan intraokular di
saraf optikus setinggi lamina kribrosa atau di pembuluh yang memperdarahi ujung
saraf optikus.
Glaukoma sudut terbuka dapat dalam bentuk primer dan sekunder. Pada
glaukoma sekunder maka penyebabnya dapat diketahui, seperti trauma dan penyakit
mata lainnya.
Pada glaukoma sudut terbuka terjadi perubahan di dalam jaringan mata
akibat tekanan yang tinggi merusak serabut penglihatan halus dalam mata yang
berguna untuk penglihatan. Sering glaukoma ini tidak memberikan gejala.
Biasanya penderita tidak menyadari menderita glaukoma sudut terbuka karena pada
permulaannya tidak memberikan keluhan. Pada akhir darn penyakitnya biasanya
baru disadari pasien yang mengeluh pada dokternya bahwa penglihatannya mulai kabur.
Biasanya glaukoma sudut terbuka mulaitimbul keluhan pada usia 40 tahun,
walaupun bisa saja terjadi pada usia berapa saja. Penglihatan biasanya baik dan
tidak terdapat rasa sakit pada mata. Akan tetapi bila proses berjalan lanjut
maka pasien akan merasakan penglihatannya menurun. Benda yang terletak di
bagian sentral masih terlihat jelas akan tetapi yang terletak di perifer tidak
terlihat sama sekali. Pada keadaan ini lapang penglihatan secara perlahan-lahan
menyempit. Bila keadaan ini berlanjut penglihatan akan terus berkurang sehingga
dapat menjadi buta sama sekali.
Tekanan bola mata biasanya lebih dari 25 mmHg dan terus-menerus merusak
saraf optik sehingga disebut sebagai maling penglihatan. Glaukoma sudut terbuka
tidak memberikan keluhan dengan tekanan bola mata yang tinggi perlahan-lahan
merusak serabut saraf optik, walaupun tekanan bola mata sudah teratasi
penglihatan yang telah hilang tidak dapat diperbaiki lagi.
Pada pemeriksaan gonioskopi pemeriksaan sudut bilik mata dengan goniolens
dapat dilihat sudut bilik mata depan tempat mengalirnya cairan mata keluar
terbuka lebar. Bila sudut ini terbuka lebar sedangkan tekanan bola mata tinggi
maka dapat diduga pembendungan cairan mata keluar berada jauh di dalam atau di
belakang sudut pengeluaran ini. Daerah penyaringan keluar cairan mata ini
disebut anyaman trabekulum.
Pada glaukoma sudut terbuka primer tidak terlihat kelainan pada anyaman
trabekula akan tetapi mungkin terdapat kerusakan fungsi sel trabekula atau
jumlahnya kurang akibat bertambahnya usia. Pendapat lain adanya gangguan dari
enzim pada trabekula.
Bila telah dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dan papil saraf optik
maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan gonioskopi. Pemeriksaan ini perlu untuk
mengetahui apakah glaukoma adalah glaukoma primer sudut terbuka atau sekunder.
Gambaran gonioskopi pada glaukoma sudut terbuka primer memberikan susunan
anatomi yang normal.
Pada glaukoma sudut terbuka primer bila telah terjadi kerusakan sel saraf
maka akan berakibat terbentuk skotoma (bercak hitam) disertai penurunan fungsi
penglihatan dan lapang pandangan. Bilatelah terjadi gangguan penglihatan maka
keadaan ini bersifat menetap. Glaukoma sudut terbuka primer merupakan penyakit
kronis yang tidak dapat diobati. Hanya dapat diperlambat dengan pengobatan.
Biasanya pengobatan tidak dimengerti pasien karena pasien tidak merasa adanya
kelainan pada matanya, apalagi bila harus memakai bermacam obat seumur hidup
dengan efek sampingnya.
Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang efektif maka pengobatan harus
dilakukan dini sesuai dengan yang diperlukan.
Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma sudut tertutup dapat terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat
aliran humor akueus dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan
nyeri hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Glaukoma sudut tertutup
terjadi pada mata yang sudah mengalami penyempitan anatomik sudut kamera
anterior (dijumpai terutama pada hipermetrop). Serangan akut biasanya terjadi
pada pasien berusia tua seiring dengan pembesaran lensa kristalina yang
berkaitan dengan penuaan.Terdapat 2 tipe glaukoma sudut tertutup yaitu akut dan
kronis.
A.
Glaukoma
Sudut Tertutup Akut
Berbeda dengan glaukoma sudut terbuka primer pada glaukoma sudut tertutup
akut tekanan bola mata naik dengan tiba-tiba. Pada glaukoma sudut tertutup akut
terjadi penutupan pengaliran keluar cairan mata secara mendadak. Tekanan yang
mendadak ini akan memberikan rasa sakit yang sangat, yang dapat mengakibatkan
timbulnya rasa muntah dan mual. Kepala seakan-akan dipukuldengan martil pada
sisi mata yang dapat serangan akut.
Mata menjadi merah, kornea keruh dan edematus, penglihatan kabur disertai
dengan adanya halo (pelangi disekitar lampu). Biasanya glaukoma sudut tertutup akut ditemukan dokter di ruang darurat
rumah sakit.
Pemeriksaan rutin gonioskopi dapat dilihat sudut tertutup atau memberikan
dugaan seseorang akan mengalami glaukoma sudut tertutup. Pada pasien yang pada
pemeriksaan gonioskopi sudut bilik matanya terlihat sempit sebaiknya
diperingatkan tanda-tanda akut sehingga is dapat segera mencari pertolongan
bila terjadi serangan glaukoma sudut tertutup: Bila telah di atasi tekanan bola
mata yang tinggi maka dapat terlihat:
•
Jaringan parut pada trabekula (sinekia) sehingga
glaukoma lebih sukardikontrol
•
Katarak
•
Kerusakan saraf optik sehingga tajam penglihatan akan
tetap rusak
Serangan glaukoma mudah terjadi pada
keadaan:
• Ruang
gelap, (bioskop) yang memungkinkan pupil melebar
• Akibat
beberapa obat tertentu (antidepresan, influenza, antihistamin, antimuntah)
• Obat
yang melebarkan pupil
Glaukoma akut merupakan suatu keadaan darurat, di mana penglihatan tidak
akan kembali bila tekanan tidak clapat diatasi di dalam beberapa jam.Tekanan dapat
diturunkan dengan miotika dan obat (asetazolamid) yang mengurangi produksi
cairan mata.
Bila tekanan bola mata telah turun maka pengobatan yang terbaik adalah
tindakan pembedahan seperti iridektomi dengan laser atau pembedahan membuang
sebagian iris. Iridektomi membuka aliran dari bilik mata belakang ke bilik mata
depan. Iridektomi juga dilakukan pada mata yang belum mengalami serangan akut.
Serangan glaukoma akut tidak selamanya berat, dapat ringan yang berulang-ulang.
Pasien akan merasakan penglihatan kaburdengan halo (pelangi, cincin) berwarna
di sekitar lampu. Tidak ada rasa sakit ataupun merah. Keluhan ini hilang bila
pasien masuk ruang terang atau tidur karena akan terjadi miosis yang
mengakibatkan sudut bilik mata terbuka.
B.
Glaukoma
Sudut Tertutup Kronis
Tidak semua orang dengan glaukoma tertutup akan mengalami serangan akut.
Banyak yang mengalami glaukoma sudut tertutup kronis. Pada glaukoma tertutup
kronis, iris berangsur-angsur menutupi jalan keluar tanpa gejala yang nyata.
Pada keadaan ini perlahan-lahan terbentuk jaringan parut antara iris dan jalur
keluar cairan mata. Tekanan bola mata akan naik bila terjadi gangguan jumlah
cairan keluar akibat bertambahnya jaringan parut. Dengan pengobatan pilokarpin
maka serangan akut tidak akan terjadi dengan bentuk kronis yang tetap berjalan.
Pengobatan hanya menghindarkan kebutaan yang dapat terjadi pada glaukoma.
Glaukoma sudut tertutup kronis berjalan perlahan tanpa adanya peringatan.
Perlahan-lahan penglihatan samping atau perifer berkurang dengan penglihatan
sentral masih dapat normal. Penglihatan dapat hilang pada keadaan glaukoma
lanjut. Pada glaukoma sudut tertutup kronis keluhan sangat tidak jelas sehingga
mereka terlambat untuk mendapatkan perawatan dokter.
Glaukoma sudut tertutup biasanya bersifat herediter. Lebih sering
terdapat pada pasien rabun dekat (hipermetropia). Pada pemeriksaan didapatkan bilik
mata depan dangkal. Makin dangkal bilik mata makin dekat hubungan iris dengan
kornea tepi. Pada gonioskopi terlihat iris menempel pada tepi kornea. Bila
tekanan mata cukup tinggi iris akan lebih terdorong ke depan sehingga makin
tertutup jalan keluar cairan mata dan akibatnya dapat menimbulkan serangan
glaukoma akut. Iris terletak dekat anyaman trabekula.
PEMERIKSAAN
GLAUKOMA
Untuk
menentukan seseorang menderita glaukoma maka dokter akan melakukan beberapa
pemeriksaan. Berbagai alat diagnostik tambahan untuk menentukan ada atau tidak
adanya glaukoma pada seseorang dan berat atau ringannya glaukoma yang diderita,
serta dini atau lanjut glaukoma yang sedang diderita seseorang.
A.
Pemeriksaan tekanan bola mata
Tonometri merupakan pemeriksaan untuk
menentukan tekanan bola mata seseorang berdasarkan fungsinya dimana tekanan
bola mata merupakan keadaan mempertahankan mata bulat sehingga tekanan bola
mata yang normal tidak akan memberikan kerusakan saraf optik atau yang terlihat
sebagai kerusakan dalam bentuk kerusakan glaukoma pada papil saraf optik. Batas
tekanan bola mata tidak sama pada setiap individu, karena dapat saja tekanan
ukuran tertentu memberikan kerusakan pada papil saraf optik pada orang
tertentu. Untuk
hal demikian yang dapat kita temukan kemungkinan tekanan tertentu memberikan
kerusakan. Dengan tonometer Schiotz tekanan bola mata penderita diukur.Dikenal
4 bentuk cara pengukuran tekanan bola mata:
1.
Palpasi, kurang tepat karena tergantung faktor subjektif.
2.
Identasi tonometri, dengan memberi beban pada permukaan kornea.
3.
Aplanasi tonometri, mendatarkan permukaan kecil kornea.
4.
Tonometri udara (air tonometri), kurang tepat karena dipergunakan di ruang terbuka.
Pada keadaan normal tekanan bola mata
tidak akan mengakibatkan kerusakan pada papil saraf optik. Reaksi mata tidak
sama pada setiap orang, sehingga tidaklah sama tekanan normal pada setiap
orang. Tujuan pemeriksaan dengan tonometer atau tonometri untuk mengetahui
tekanan bola mata seseorang. Tonometer yang ditaruh pada permukaan mata atau kornea
akan menekan bola mata ke dalam. Tekanan ke dalam ini akan mendapatkan
perlawanan tekanan dari dalam bola mata melalui kornea.
B.
Pemeriksaan kelainan papil
saraf optik
Oftalmoskopi. pemeriksaan ke dalam
mata dengan memakai alat yang dinamakan oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat
diiihat saraf optik didalam mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola
mata telah mengganggu saraf optik. Saraf optik dapat dilihat secara langsung.
Warna serta bentuk dari mangok saraf optik pun dapat menggambarkan ada atau
tidak ada kerusakan akibat glaukoma.
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi
dapat terlihat :
• Kelainan papil saraf optik
- Saraf optik pucat atau atrofi
- Saraf optik bergaung
• Kelainan serabut retina, serat yang pucat
atau atrofi akan berwarria hijau
• Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar
C.
Pemeriksaan Sudut Bilik Mata
Gonioskopi adalah suatu cara untuk
melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal
yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi
dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma sudut terbuka
atau glaukoma sudut tertutup, dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma
sekunder. Pada gonioskopi dipergunakan goniolens dengan suatu sistem prisma dan
penyinaran yang dapat menunjukkan keadaan sudut bilik mata.Dapat dinilai besar
atan terbukanya sudut:
• Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut
dan terdapat kontak, kornea dengan iris, disebut sudut tertutup.
• Derajat 1, bila tidak terlihat 1/2 bagian
trabekulum sebelah belakang, dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat
sempit. Sudut
sangat sempit sangat mungkin menjadi sudut tertutup
• Derajat2, bila sebagian kana! Schlemm terlihat disebut sudut
sempit sedang kelainan ini mempunyai kemampuan untuk tertutup
• Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm
masih terlihat termasuk skleral spur, disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini
tidak akan terjadi sudut tertutup.
• Derajat 4, bila badan siliar terlihat,
disebut sudut terbuka.
D.
Pemeriksaan Lapangan Pandang
Pemeriksaan lapangan pandang secara
teratur penting untuk diagnosis dan tindak lanjut glaukoma. Penurunan lapangan
pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik, karena gangguan ini terjadi
akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit saraf
optikus, tetapi pola kelainan lapangan pandang, sifat progresivitasnya, dan
hubungannya dengan kelainan-kelainan diskus optikus adalah khas untuk penyakit
ini. Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat
lapangan pandang bagian tengah. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya
bintik buta. Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma
adalah layar singgung, perimeter Goldmann, Friedmann field analyzer, dan
perimeter otomatis.
E.
Tes Provokasi
Tes provokasi : dilakukan pada keadaan yang
meragukan.
PEMERIKSAAN UNTUK GLAUKOMA
SUDUT TERBUKA
1.
Tes minum air : penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam.
Kemudian disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokuler diukur
setiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap
mengidap glaukoma.
2.
Pressure congestion test: Pasang tensimeter pada ketinggian 50 - 60 mmHg, selama l menit. Kemudian ukur tensi intraokulernya.
Kenaikan 9 mmHg
atau lebih mencurigakan, sedang bila lebih dari 11 mm Hg pasti patologis.
3.
Kombinasi tes air minum dengan pressure congestion test : Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure
congestion test. Kenaikan 11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg atau
lebih pasti patologis.
4.
Tes Steroid : diteteskan larutan dexamethasone 3 - 4 dd gt 1, selama 2
minggu. Kenaikan tensi intraokuler 8 mmHg menunjukkan glaukoma.
PEMERIKSAAN UNTUK GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
1.
Tes kamar gelap : orang sakit duduk ditempat gelap selama 1 jam, tak boleh
tertidur. Ditempat gelap ini terjadi midriasis, yang mengganggu aliran cairan
bilik mata ketrabekulum. Kenaikan tekanan lebih dari 10 mmHg pasti patologis,
sedang kenaikan 8 mmHg mencurigakan.
2.
Tes membaca : Penderita disuruh membaca huruf kecil pada jarak dekat
selama 45 menit. Kenaikan tensi 10 - 15 mmHg patologis.
3.
Tes midriasis : Dengan meneteskan midriatika seperti kokain 2%,
homatropin 1% atau neosynephrine 10%. Tensi diukur setiap 1/4 jam selama
1 jam. Kenaikan 5 mmHg mencurigakan sedangkan 7 mmHg atau lebih pasti
patologis. Karena tes ini mengandung bahaya timbulnya glaukoma akut, sekarang
sudah banyak ditinggalkan.
4.
Tes bersujud (prone position test) : Penderita disuruh bersujud selama 1
jam. Kenaikan tensi 8 - 10 mm Hg menandakan mungkin ada sudut yang tertutup,
yang perlu disusul dengan gonioskopi. Dengan bersujud, lensa letaknya lebih
kedepan mendorong iris kedepan, menyebabkan sudut bilik depan menjadi sempit.
PENATALAKSANAAN
GLAUKOMA
A.
Terapi Medikamentosa
Obat antiglaukoma berdasarkan pada
cara kerjanya :
1.
Mengurangi produksi akuosa humor
2.
Menambah curahan trabekular
3.
Menambah curahan uveosklera
4.
Penurunan Volume Korpus Vitreum
Mengurangi
produksi akuos humor
Dikenal sistem yang berhubungan dengan pembentukan akuos humor
· Reseptor beta adrenergik dan
reseptor alfa
· Karbonik anhidrase inhibitor
1.
Beta adrenergik antagonis
Di dalam mata yang berperan
besar pada produksi cairan mata adalah beta-1 (β1) reseptor. Dengan menghambat
reseptor beta maka dengan sendirinya produksi akuos humor berkurang.Dikenal
beberapa bentuk Beta blocker topikal
a. Nonselektif beta blocker (timolol, levobunolol,
carteolol, metipranolol)
· Termasuk ke dalam kelompok ini
yang mempunyai efek pada kedua reseptor beta-l (β1) dan beta-2 (β2), mempunyai
potensi menurunkan TIO dengan memungkinkan mata memproduksi akuos lebih sedikit
daripada normal
b.
Selekfif
(betaxolol)
·
“Selektif” beta blocker adalah "cardioselective".
Pada usia lanjut toleransi obat ini lebih baik karena efeknya kurang pada
pernafasan, dengan efek menurunkan TIO yang kurang.
Secara
umum dapat disimpulkan beta blocker akan memberikan efek samping iritasi
alergik, penglihatan kabur, dan kadang-kadang mata kering. Beta blocker
nonselektif dapat memberikan efek samping terhadap jantung dan pernafasan
dimana :
a. Beta 1(β1) : tekanan darah
menurun dan bradikardi
b. Beta 2(β2) : paru, konstriksi
bronkiol
2.
Alfa adrenergik agonis
(Obat alfa adrenergik agonis)
a.
Apradonidine (0.5-1.0
%)
3.
Karbonik anhidrase inhibitor
Karbonik anhidrase inhibitor
oral (acetazolamide, methazolamide), menurunkan tekanan bola mata melalui enzim
yang membentuk akuos humor. Carbonic anhydrase adalah enzim katalisis hidrasi
karbondioksida jadi asam karbonik yang kemudian berdisosiasi jadi ion
bikarbonat dan hydrogen.
· CO2 +
H20 à CA àH2C03àH+ + HCO3-
· CAI menghambat
pembentukan HCO3-
· Difusi HCO3- di dalam mata
hipertonik dibanding dengan plasma sehingga cairan masuk ke dalam mata dari
plasma
· Hambatan pembentukan
akuos dengan memperlambat pembentukan bicarbonat pada sel sekretori neuroepitel
badan siliar.
Karbonik anhidrase inhibitor
dikenal Acetazolamide (D'amox), Methazolamide (Neptazane), Dorzolamide (Trusopt
2%), Brinzolamide (Azopt).
Menambah curahan trabekular
1. Adrenergik agonis
a. Brominidine (alphagen, alergan)
· Brominidin merupakan alfa 2
agonis selektif
· Efek sama dengan timolol
· Menaikkan curahan akuos humor
uveosklera
· Side efek kurang dari timolol
· Alergi
· Menurunkan tekanan bola mata
4-6 mmHg
b. Epinefrin
· Epinefrin merupakan adrenergik
agonis yang bekerja terhadap reseptor di dalam mata, dikenal sebagai sisi alfa
1 (pengurangan produksi) dan beta 1-2 di dalam mata yang mengakibatkan
bertambahnya pengaliran keluar cairan mata. Pada pasien yang tidak mempunyai
toleransi terhadap kejang akomodasi dan iritasi akibat miotik epinefrin
merupakan pengganti. Tidak banyak dipakai akibat banyak obat pengganti
· Dosis : Epitrate 2%, Epifrin
0.25%, 0.5%, 1%, 2%, Glaukon 1%, 2%, EpiN 0.5%.E Pilo 1%, dipakai 2 kali
sehari.
· Efek samping epinefrin
- Dilatasi pupil dan penglihatan akan kabur
- Sakit pada dahi, sakit kepala,
mata berair
- Iritasi lokal yang dapat
mengakibatkan mata merah
- Alergi pada pemakaian lama
· Kontraindikasi epinefrin pada
glaukoma sudut tertutup, penyakit kardiovaskular. Epinefrin hampir tidak
dipakai pada saat ini.
c. Dipiverine
· Dipiverine merupakan obat yang
dapat dirubah tubuh menjadi epinefrin. Dipiverine dapat menembus kornea yang
bila telah masuk kedalam bola mata dirubah tubuh menjadi epinefrin. Adalah
wajar dipiverine memberi kurang keluhan pedes dan iritasi.
d. Kombinasi obat mata
· Kombinasi akan memberi 2 tipe
obat dalam satu tetes obat, seperti:
- E-pilo, kombinasi epinefrin
dengan pilokarpin
- Tim pilo, kombinasi pilokarpin
dan timolol.
2. Agen kolinergik
Efek pada mata
a. Iris, miosis
b. Badan siliar.
·
Akomodasi
·
Membuka anyaman trabekular, meningkatkan curahan akuos humor
3. Obat miotik
Pemakaian miotik untuk glaukoma
kepopulerannya berkurang akibat banyaknya efek samping dan terdapat banyak obat
baru.
Miotik mempercepat keluarnya akuos
dari mata dengan kontraksi otot dalam mata. Otot mata menarik kanal saluran dan
sedikit membukanya yang memungkinkan akuos lebih cepat keluar. Obat ringan
dibagi dan bila tidak berhasil diperkuat. Miotik adalah kolinergik yang
mengecilkan pupil yang memungkinkan pengaliran keluar cairan mata. Miotik
memberikan efek membuka untuk mengeluarkan cairan mata. Miotik merangsang sel
drainase untuk memberikan efek ini. Pilokarpin dan karbakol merupakan miotik
yang sering dipergunakan. Efek sistemik parasimpatis:
a. Meningkatkan aktivitas
kelenjar
b. Menurunkan akitivitas jantung
c. Pembuluh darah dilatasi
d. Konstriksi bronkiol
Parasimpatis memberikan keluhan
terhadap fluktuasi penglihatan, sakit kepala, dan ukuran pupil kecil. yang
meningkatkan risiko ablasi retina. Miotik lemah adalah pilocarpin sedang yang
kuat carbachol dan phospholine iodide.
a. Pilokarpin
· Obat anti glaukoma yang tertua
yang tidak kuat.
· Pilokarpin akan mengakibatkan
miosis mulai dalam 15-20 menit pertama yang berlangsung untuk selama 4-8-jam.
· Pupil dapat dilihat saat
miosis.
b. Karbakol
· Karbakol mempunyai efek yang
sama dengan pilokarpin dan dipergunakan bila toleransi terhadap pilokarpin
kurang
· 3% karbakol ekivalen dengan
pilokarpin 4%
· Karbakol tidak dapat menembus
bola mata seperti pilokarpin sehingga, diperlukan bahan pelarut, sedang bahan
pelarut ini dapat mengakibatkan reaksi sensitivitas pada orang tertentu.
Meningkatkan curahan uveosklera
1. Latanaprost 0.005% ( Xalatan )
· Prostaglandin E2
agonis
· Menaikkan sklerouvea flow,
menurunkan tekanan intraokular
· Tidak tergantung pada tekanan
vena episklera atau akibat meningkatnya tekanan vena episklera
· Menurunkan TIO 27-33%
· Efektivitas sama dengan
non-selektif beta blocker
· Obat yang baik untuk NTG, dan menurunkan TIO 20 %
· Prostaglandin Analog,
Prostaglandin umumnya merupakan media peradangan yang dapat menaikkan TIO, akan
tetapi bila diberikan pada dosis rendah prostaglandin secara bermakna
menurunkan TIO.
Penurunan Volume Korpus
Vitreum
Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi
hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi
penciutan korpus vitreum. Selain ini, juga terjadi penurunan produksi humor
akueus. Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat dalam pengobatan glaukoma
sudut tertutup akut dan glaucoma maligna yang menyebabkan pergeseran lensa
kristalina ke depan (disebabkan oleh perubahan volume korpus vitreum atau
koroid) dan menyebabkan penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder). Gliserin (gliserol) oral, 1 mL/kg
berat dalam suatu larutan 50% dingin dicampur dengan sari lemon, adalah obat
yang paling sering digunakan, tetapi pemakaiannya pada pengidap diabetes harus
berhati-hati. Pilihan
lain adalah isosorbin oral dan urea atau manitol intravena.
B.
Pembedahan pada glaukoma
Beberapa penderita glaukoma
tidak dapat diatasi dengan pengobatan tetes mata, tablet, dan laser untuk
menurunkan tekanan bola mata. Hal ini tentu tidak akan menguntungkan bagi
kualitas hidup. Keadaan ini dapat ditolong dengan tindakan bedah yang mempergunakan
mikroskop untuk menurunkan tekanan bola mata. Tujuan pembedahan pada glaukoma
adalah membuat filtrasi jalan keluar cairan mata. Terdapat berbagai teknik
bedah glaukoma dalam upaya agar pasien tidak memakai obat untuk glaukoma yang
dideritanya. Operasi glaukoma seperti operasi lainnya mempunyai risiko bedah.
Pemilihan jenis operasi yang
baik untuk setiap pasien tergantung banyak faktor seperti tipe dan beratnya
glaukoma. Seperti setiap tindakan bedah maka operasi glaukoma dapat saja
memberikan beberapa penyulit atau komplikasi, seperti:
·
Infeksi
· Perdarahan
· Infeksi
· Perubahan tekanan bola mata
yang tidak diharapkan
· Hilangnya penglihatan
1.
Bedah filtrasi
Bedah filtrasi dilakukan tanpa perlu
pasien dirawat dengan memberikan anestesi lokal dan kadang-kadang sedikit obat
tidur. Dengan memakai alat sangat halus diangkat sebagian kecil sklera sehingga
terbentuk satu lubang. Melalui celah sklera yang dibentuk cairan mata akan
keluar sehingga tekanan bola mata berkurang yang kemudian diserap di bawah
konjungtiva. Pasca bedah pasien harus memakai penutup mata dan mata yang
dibedah tidak boleh kena air. Untuk sementara pasien pasca bedah glaukoma
dilarang bekerja berat.
2.
Trabekulektomi
Pada glaukoma masalahnya
adalah terdapatnya hambatan filtrasi (pengeluaran) cairan mata keluar bola mata
yang tertimbun dalam mata sehingga tekanan bola mata naik. Bedah trabekulektomi
merupakan teknik bedah untuk mengalirkan cairan melalui saluran yang ada. Pada
trabekulektomi ini cairan mata tetap terbentuk normal akan tetapi pengaliran
keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas. Bedah trabekulektomi membuat
katup sklera sehingga cairan mata keluar dan masuk dibawah konjungtiva. Untuk
mencegah jaringan parut yang terbentuk diberikan 5 fluoruracil atau mitomisin.
Dapat dibuat lubang filtrasi yang besar sehingga tekanan bola mata sangat
menurun.
Pembedahan ini memakan waktu
tidak lebih dari 30 menit setelah pembedahan perlu diamati pada 4-6 minggu
pertama. Untuk melihat keadaan tekanan mata setelah pembedahan. Biasanya
pengobatan akan dikurangi secara perlahan-lahan.
3.
Bedah filtrasi dengan Implan
Pada
saat ini dikenal juga operasi dengan menanam bahan penolong pengaliran (implant
surgery). Pada keadaan tertentu adalah tidak mungkin untuk membuat filtrasi
secara umum sehingga perlu dibuatkan saluran buatan (artifisial) yang
ditanamkan ke dalam mata untuk drainase cairan mata keluar. Beberapa ahli
berusaha membuat alat yang dapat mempercepat
keluarnya cairan dari bilik mata depan.Upaya di dalam membuat alat ini adalah
:
· Dapat mengeluarkan cairan mata
yang berlebihan
· Keluarnya tidak hanya dalam
jumlah dan persentase
· Mengatur tekanan maksimum,
minimum optimal, seperti hidrostat
· Tahan terhadap kemungkinan
penutupan
· Minimal terjadinya hipotensi
· Desain yang menghindarkan
migrasi dan infeksi
· Bersifat atraumatik.
4.
Bedah glaukoma disertai katarak (bedah gabungan)
Glaukoma umumnya terdapat pada usia
lanjut dimana lensa mata juga telah mulai keruh (katarak). Penglihatan yang
kabur akibat katarak pengobatannya adalah dengan pembedahan sedangkan glaukoma
juga dapat diatasi tekanan bola matanya yang tinggi dengan pembedahan. Pada
keadaan ini maka pembedahan akan memberikan hasil yang bermanfaat untuk
keduanya.
5.
Siklodestruksi
Telah dibicarakan upaya mengalirkan
cairan bola mata yang berlebihan dengan melakukan tindakan bedah filtrasi.
Tindakan lain adalah mengurangkan produksi cairan mata oleh badan siliar yang
masuk ke dalam bola mata. Diketahui bahwa cairan mata ini dikeluarkan terutama
oleh pembuluh darah di badan siliar dalam bola mata. Pada siklodestruksi
dilakukan pengrusakan sebagian badan siliar sehingga pembentukan cairan mata
berkurang. Tindakan ini jarang dilakukan karena biasanya tindakan bedah utama
adalah bedah filtrasi.
C.
Terapi Laser Glukoma
Bedah laser dilakukan pada
berbagai jenis glaukoma dan dapat dilakukan sebagai tambahan pengobatan medis.
Susunan mata yang terdiri atas kornea yang jernih mengakibatkan mudahnya sinar
laser diarahkan pada jaringan yang akan diperbaiki didalam mata. Bedah laser
memberikan hasil cepat, sederhana, yang biasanya tidak sakit. Beberapa pendapat
terakhir pada glaukoma pengobatan dini dapat dimulai dengan bedah laser ini.
Pada penyakit tertentu bedah laser ini tidak dipertimbangkan, karena bila
penglihatan menurun dengan cepat dan pengobatan laser gagal menurunkan tekanan
bola mata maka pembedahan adalah cara yang terbaik untuk pasien. Beberapa tahun
terakhir ini terdapat pendapat yang menyatakan bahwa bedah laser merupakan bedah alternatif yang
aman dibanding pengobatan pada pasien glaukoma. Sebelumnya pengobatan adalah
merupakan tindakan pertama pada pasien dengan glaukoma.
D.
Bedah laser pada glaukoma
sudut terbuka
Bedah
laser pada glaukoma dengan
argon laser trabekuloplasti
bertambah populer pada saat ini. Dahulu dilakukan untuk mendahului semua
pengobatan glaukoma. Prosedur pelaksanaan memakan waktu kira-kira 20 menit
tanpa rasa sakit dan tidak perlu dirawat. Dilakukan 50-100 pembakaran pada
anyaman trabekulum 180-360 derajat. Dengan melakukan laser di tempat ini maka
akibat panas sebagian trabekulum mengkerut yang akan menarik dan membukanya sehingga cairan mata
mudah mengalir keluar. Ada yang mengatakan sinar ini mengakibatkan pertumbuhan
kembali sel trabekulum yang mengatur pengaliran cairan mata. Umumnya hasil
tidak jelas pada glaukoma sudut terbuka dan tidak dapat dilakukan pada pasien
glaukoma di bawah usia 40 tahun. Tindakan laser akan menurunkan tekanan pada
80% pasien dengan glaukoma sudut terbuka. Pada pasien yang tidak berhasil laser
tidak akan memberikan kesulitan baru.
E.
Trabekuloplasti laser
Trabekuloplasti laser sering dilakukan
pada glaukoma sudut terbuka. Trabekuloplasti laser dilakukan dengan membakar
daerah anyaman trabekulum yang akan mempercepat pengaliran cairan keluar.
Tindakan ini dilakukan dengan berobat jalan dimana tindakan laser memakan waktu
tidak lebih dan 1 jam, tanpa memberikan rasa sakit. Argon laser trabekuloplasti
dahulu dilakukan antara pemberian obat dengan tindakan pembedahan. Hasil akan
lebih baik bila terdapat pandangan pada mata akibat glaukoma atau akibat
penyakit lainnya. Hasil trabekuloplasti laser akan lebih baik pada keadaan
berikut:
· Pasien usia lanjut
· Belum pernah mendapat
pembedahan
· Glaukoma bertekanan rendah
· Tidak ada peradangan
F.
Bedah laser pada glaukoma sudut
Tertutup
1.
Irodotomi laser
Pada glaukoma sudut tertutup terdapat
hambatan relatif pengaliran keluar cairan dari bilik mata belakang melalui
pupil ke bilik mata depan. Iridotomi merupakan suatu tindakan bedah glaukoma
yang sering dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Iridotomi laser merupakan
bentuk lain bedah laser pada glaukoma. Tindakan laser dilakukan untuk
mendapatkan lubang pada bagian iris yang berwama. Pada keadaan ini dibuat
sebuah lobang kecil pada selaput pelangi perifer. Iridektomi laser adalah
prosedur yang terbaik dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Bila hal ini
tidak dilakukan maka dengan mudah dapat terjadi serangan akut glaukoma sudut
tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup secara rutin tidak dipakai tetes mata
kecuali bila tekanan tinggi. Pada keadaan akan kemungkinan terjadinya.glaukoma
sudut tertutup maka dilakukan iridotomi perifer. Beberapa pendapat terakhir
menyatakan bahwa pengobatan dengan laser merupakan pilihan alternatif yang
efektif dibanding dengan pemberian obat sebagai pengobatan dini glaukoma.
Sebelumnya obat merupakan pengobatan utama glaukoma. Tidak ada satupun dari
laser atau obat yang merupakan pengobatan ampuh untuk glaukoma. Efek samping
pengobatan laser setelah bertahun-tahun tidaklah nyata, berlainan dengan pemakaian
obat pada giaukoma akan memberikan efek samping yang mengganggu.
R PUSTAKA
- Vaughan Dale. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi 14.Jakarta : Widya Medika
- Ilmu Penyakit Mata, Nana Wijana
- Ilmu Penyakit Mata, Sidarta Ilyas
- Ilyas Sidarta. 2001. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Edisi 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar